Kamis, 21 Juni 2012

Bos Pertamina: Tidak Ada Mafia-Mafiaan di Petral!


Rista Rama Dhany - detikfinance

Jumat, 08/06/2012 19:21 WIB
Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan berulang kali membantah soal mafia di anak usahanya yaitu PT Pertamina Energy Trading (Petral). Hal ini menanggapi soal tudingan-tudingan terhadap Petral yang dianggap 'sarang' mafia minyak impor.

"Tidak ada mafia di Petral," tegas Karen ketika ditemui usai mengisi kuliah umum di Universitas Indonesia, Depok, Jumat (8/6/2012).

Keyakinan tidak adanya mafia minyak di dalam tubuh Petral diyakininya, karena pihaknya sudah sangat terbuka dalam setiap tindakan Petral termasuk membuka semua data hasil trader yang dilakukan Petral.

"Kita sudah buka-bukaan, semua data trader kita (Petral) selama bertahun-tahun telah kita buka, dan tidak ada mafia-mafiaan," yakinnya.

Bahkan menurut Karen, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sudah turun tangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap Petral.

"Jadi sudah BPK turun tangan, kita sudah diaudit oleh audit Pricewaterhouse & Coopers (PwC), jadi tinggal tunggu saja kapan laporan BPK keluar. Kalau sudah sedemikian begitu saya juga tidak tahu kenapa masih ada anggapan ada mafia di dalam tubuh Petral seperti yang dituduh selama ini," tutup Karen.



(rrd/hen) 

SBY Minta Pertamina Libatkan Pemerintah dalam Impor Minyak


Herdaru Purnomo - detikfinance

Selasa, 22/05/2012 10:00 WIB
Astana - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghendaki tender impor minyak untuk kebutuhan RI dilakukan atas nama negara secara Goverment to Goverment (G2G). Hal ini dilakukan agar lebih menguntungkan RI dari sisi pajak, intensif dan kelebihan lain jika dilakukan atas nama negara ketimbang membeli langsung ke pedagang alias trader.

"Rencana akuisisi ladang baru maupun pembelian minyak akan dilakukan secara G2G sesuai dengan permintaan Presiden," kata Dirut Pertamina, Karen Agustiawan kepada detikFinance ketika ditemui di Hotel Radisson, Astana, Kazakhstan, Selasa (22/5/2012).

Menurut Karen, jika akuisisi ladang dan tender dilakukan melalui G2G maka akan banyak kemudahan ketimbang Pertamina sendiri yang maju. Dengan kata lain, di bawah nama negara akan lebih mempermudah bisnisnya.

"Akan ada banyak insentif seperti pajak dan sebagainya. Intinya dilakukan secara G2G itu tadi," tuturnya.

Lebih jauh Karen menyampaikan G2G yang sedang berjalan dan akan dilakukan yakni dengan Kazakhstan dan Amerika Selatan.

"Tahun ini ada beberapa yang sedang dijajaki G2G ya ini salah satunya dengan Kazakhstan dan dengan Amerika Selatan," tutup Karen.



(dru/ang) 

Dahlan Iskan: Petral Nggak Usah Dibubarkan


Feby Dwi Sutianto - detikfinance

Selasa, 22/05/2012 11:29 WIB
Foto: dok.detikFinance
Jakarta - Pemerintah tidak akan membubarkan anak usaha Pertamina yang bermarkas di Singapura, Pertamina Energy Trading (Petral) karena isu-isu korupsi. Namun fungsi Petral akan berubah.

Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan, meski tidak bubar, Petral nantinya tidak akan melakukan tender pembelian BBM impor untuk Indonesia lagi.

"Petral itu nggak usah dibubarkan. Nanti kan fungsinya bisa berubah. Misalnya nanti Pertamina sudah membeli BBM langsung dari kilang dan sudah membeli minyak mentah dari pemilik sumur minyak. Nah Petral sudah tidak melakukan lagi trading untuk Pertamina. Tapi bisa saja Petral tetap hidup. Misalnya beli minyak dari Kuwait dijual ke Thailand beli minyak dari Bahrain dijual ke Filipina," tutur Dahlan di kantor Pann Multifinance, Cikini, Jakarta, Selasa (22/5/2012).

Jadi, Petral tak akan melakukan pengadaan BBM impor. Dahlan menegaskan, dirinya ingin Pertamina sebagai perusahaan minyak besar tidak lagi mengimpor minyak dari pedagang (trader) seperti yang dilakukan oleh Petral saat ini.

Pemerintah ingin agar Pertamina membeli BBM langsung dari pemilik kilang minyak, atau artinya tidak lagi melalui Petral.

"Kalau Pertamina sudah beli minyak dari, katakanlah pemilik ladang minyak,kan sudah nggak lewat Petral. Apakah Petral harus bubar? Kan dia bisa melakukan bisnis sendiri. Apa salahnya? Kan nggak ada salahnya," tutur Dahlan.

Saat ini pemerintah sedang mempersiapkan proses agar Pertamina tak lagi mengimpor BBM dari pedagang. "Sedang dipersiapkan, negosiasi kan lama, mencari pemilik kilang kan juga lama, kasih waktulah," tutup Dahlan.




(dnl/wep) 

Ikuti Dahlan Iskan, Bos Pertamina Hindari Beli Minyak dari Trader


Wahyu Daniel - detikfinance

Selasa, 15/05/2012 11:05 WIB
Foto: dok.detikFinance
Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan akan menghindari pembelian minyak dari pedagang atau trader. Ini seperti keinginan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang meminta agar Pertamina tak impor minyak dari pedagang.

Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, untuk meningkatkan ketahanan pasokan energi nasional dan mendukung optimalisasi kinerja Petral, Pertamina memprioritaskan impor BBM dan minyak mentah dari berbagai sumber, khususnya National Oil Company (NOC).

"Sistem pengadaan minyak mentah dan BBM yang dilakukan selama ini telah berjalan dengan baik dan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)," kata Karen dalam pernyataannya, Selasa (15/5/2012)

Karen menyatakan Pertamina bertekad melakukan perbaikan pada proses pemenuhan kebutuhan BBM nasional. Caranya dengan berupaya untuk bisa melakukan impor langsung dari NOC, produsen minyak, dan pemilik kilang.

"Untuk itu, mulai kuartal ketiga 2012 kami akan melakukan langkah-langkah untuk merealisasikan rencana tersebut," katanya
Menurutnya hak ini harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan langkah tersebut tidak menimbulkan risiko, seperti kegagalan pasokan impor yang akan berakibat pada terjadinya krisis energi di dalam negeri.
"Kami menyambut baik rencana pemerintah untuk menjembatani upaya kami tersebut karena kontrak langsung biasanya perlu didahului dengan pembicaraan secara government to government (G to G)," tutur Karen.

Namun secara bertahap, Pertamina ingin mengurangi ketergantungan impor BBM dan minyak mentah. Perusahaan migas pelat merah ini akan merealisasikan proyek dua kilang terintegrasi dan ekspansi wilayah kerja eksplorasi dan produksi untuk meningkatkan cadangan minyak nasional.

Sebelumnya Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta Pertamina tak membeli minyak dari pedagang. "Soal Pertamina, soal kemungkinan Pertamina mengimpor BBM dan minyak mentah dari sumbernya, tidak dari pedagang," ujar Dahlan kemarin.

Menurut Dahlan, sebuah perusahaan besar sebaiknya membeli bahan baku langsung dari produsennya.

"Ya Pertamina kan perusahaan besar masak beli minyak dari pedagang, perusahaan besar sebaiknya membeli langsung dari sumbernya. saya suruh mempelajari karena kalau di swasta, perusahaan besar itu beli dari sumbernya," ujarnya.




(dnl/hen) 

80% Penerimaan Negara dari Minyak & Gas Habis untuk Subsidi


Rista Rama Dhany - detikfinance

Jumat, 18/05/2012 12:38 WIB
foto:reuters
Jakarta - Penerimaan Negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) terus meningkat dari tahun ke tahun. Sayangnya subsidi energi (BBM dan listrik) juga bertambah setiap tahunnya.

Kondisi ini menyebabkan penerimaan migas terus tergerus subsidi, sehingga tidak dapat digunakan secara optimal untuk kebutuhan pembangunan nasional yang lebih produktif, seperti pembangunan infrastruktur dan lain-lain.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Gde Pradnyana mengatakan, pihaknya terus berusaha meningkatkan penerimaan negara dari sektor migas.

Salah satu faktor meningkatnya penerimaan disebabkan naiknya harga minyak dunia. Namun, BP Migas juga melakukan berbagai upaya, seperti efisiensi biaya operasional melalui pengawasan berlapis. Dalam lima tahun terakhir, return on investment di Indonesia cukup menarik dengan rata-rata 60% bagian Negara, 16% pendapatan bersih kontraktor, sisanya untuk biaya operasi.

Selain itu, kata dia, BP Migas ditunjuk pemerintah untuk meningkatkan harga jual gas bumi. "Tahun ini dari perbaikan beberapa harga gas domestik dan ekspor penerimaan akan naik setidaknya Rp 6 triliun," katanya seperti dikutip dari situs BP Migas, Jumat (18/5/2012)

Berdasarkan data BP Migas, tahun 2011 lalu sumbangan industri migas mencapai US$ 35,233 miliar atau sekitar Rp 317,1 triliun. Jumlah ini meningkat dibanding 2010 yang pendapatannya sebesar 26,497 miliar atau sekitar Rp 238,5 triliun.

Peningkatan pendapatan migas menjadi tidak optimal karena mayoritas digunakan untuk subsidi atau sekitar 80%. "Hanya 20% digunakan untuk kegiatan lain," kata Wakil Direktur Reforminer Institut Komaidi.

Berdasarkan laporan keuangan pemerintah pusat, tahun 2009 subsidi energi dan dana bagi hasil untuk daerah sebanyak Rp 120,68 triliun. Tahun berikutnya, porsinya naik menjadi Rp 175,31 triliun. Tahun ini diperkirakan untuk subsidi energi saja mencapai Rp 170 triliun.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan Reforminer, kuota premium dan solar tahun 2012 sekitar 38,3 juta kilo liter. Tahun 2025, diperkirakan kuotanya mencapai 69,2 juta kilo liter. Artinya, pada 2025, subsidi bahan bakar minyak menyentuh angka Rp 308 triliun. Padahal, penerimaan dari minyak diperkirakan akan berkurang sebanyak Rp 144 triliun karena produksinya yang terus menurun.

"Keadaan ini tidak dapat terus dibiarkan. Harus ada langkah konkret mengurangi ketergantungan terhadap minyak," kata Komaidi.

Praktisi Migas, Abdul Mu’in mengatakan, publik harus mulai sadar bahwa Indonesia memasuki masa krisis energi fosil, khususnya minyak. Menurutnya, sejak puncak kedua tahun 1996 sebesar 1,6 juta barel minyak per hari, produksi minyak akan terus menurun.

Pasalnya, 90 lapangan yang berproduksi masuk kategori tua. "Ditambah tidak ada lagi temuan yang tergolong lapangan besar, kecuali lapangan Banyu Urip (blok Cepu)," katanya.

Cadangan blok Cepu yang diperkirakan sebesar 450 juta barel pun jauh lebih kecil dibanding lapangan Minas dan Duri di Riau yang cadangannya mencapai 4 miliar barel.

Dia menjelaskan, peluang untuk meningkatkan cadangan masih terbuka karena dari 60 cekungan yang ada, baru 22 cekungan yang berproduksi. Kebanykan cekungan yang belum disentuh berada di kawasan Timur Indonesia yang selama ini terbuki memiliki cadangan gas yang cukup besar. Jadi tetap era minyak sudah habis, berganti dengan gas.

"Perilaku konsumsi minyak sudah semestinya diganti dengan gas, bahkan jika memungkinkan energi terbarukan," kata Mu’in.

Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada, Putut Prabantoro menambahkan tidak optimalnya penggunaan anggaran dari migas tidak hanya terjadi di tingkat pusat. Dana bagi hasil migas yang diperoleh daerah juga belum mensejahterahkan rakyat.

Beberapa kasus menunjukkan konflik perbatasan di daerah terjadi karena perebutan wilayah yang mengandung migas. Contohnya, Pulau Lari-larian yang diperebutkan oleh Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan. Di pulau tersebut terdapat cadangan gas yang dikelola Pearl Oil (Sebuku). "Migas seharusnya menjadi pemersatu, bukan pemecah belah," katanya.



(rrd/hen) 

Catatan Dahlan Iskan: Ribut-ribut Soal Petral


Wahyu Daniel - detikfinance

Senin, 21/05/2012 11:24 WIB
Foto: dok.detikFinance
Jakarta - Kadang timbul. Kadang tenggelam. Kadang timbul-tenggelam. Begitulah isu korupsi di Pertamina. Siklus timbul-tenggelam seperti itu sudah berlangsung puluhan tahun. Belum ada yang mengamati: tiap musim apa mulai timbul dan mengapa (ada apa) tiba-tiba tenggelam begitu saja.

Sejak sekitar tiga bulan lalu isu ini timbul lagi. Belum tahu kapan akan tenggelam dan ke mana tenggelamnya. Sebenarnya menarik kalau bisa dirunut, mengapa (ada apa) isu ini kembali muncul, tiga bulan lalu. Ada kejadian apa dan siapa yang pertama kali memunculkannya. Dari sini sebenarnya akan bisa diduga kapan isu ini akan tenggelam dan bagaimana cara tenggelamnya.

Kadang isu yang muncul di sekitar sewa tanker. Kadang di sekitar ekspansi Pertamina di luar negeri. Kadang pula, seperti sekarang ini, soal anak perusahaan Pertamina yang bernama Petral.

Petral adalah anak perusahaan yang 100% dimiliki Pertamina. Tugasnya melakukan trading. Jual-beli minyak. Lebih tepatnya membeli minyak dari mana saja untuk dijual ke Pertamina. Semua aktivitas itu dilakukan di Singapura. Petral memang didesain untuk didirikan di Singapura. Sebagai perusahaan Singapura Petral tunduk pada hukum Singapura.

Isu pertama: mengapa dibentuk anak perusahaan? Kedua: mengapa di Singapura? Dulu, segala macam pembelian itu dilakukan oleh induk perusahaan Pertamina di Jakarta. Apakah ketika itu tidak ada isu korupsi? Sama saja. Isunya juga luar biasa.

Tapi mengapa dipindah ke Singapura? Dan dilakukan anak perusahaan? Alasan pembenarnya adalah: supaya segala macam pembelian dilakukan oleh sebuah perusahaan trading. Direksi Pertamina jangan diganggu oleh pekerjaan trading. Alasan tidak formalnya: kalau transaksi itu dilakukan di Singapura dan tunduk pada hukum Singapura, intervensi dari mana-mana bisa berkurang.

Bagi orang korporasi seperti saya, sangat gampang menerima logika mengapa dibentuk anak perusahaan dan mengapa di Singapura. Tapi bagi publik bisa saja dianggap mencurigakan.
Bagi publik, munculnya pertanyaan (mengapa dibentuk anak perusahaan dan mengapa di Singapura) itu saja sudah sekaligus mengandung kecurigaan. Pertamina memang bisa membuktikan praktik di Petral sudah sangat clean dengan tender internasional yang fair. Tim-tim pemeriksa yang dikirim ke sana tidak menemukan praktik yang menyimpang.

Kalau begitu apa yang masih diperlukan? Di sini kelihatannya bukan hanya clean yang perlu dipertunjukkan. Tapi juga clear. Perusahaan BUMN memang tidak cukup dengan clean: tapi juga harus C & C. Harus clean and clear. Clean berurusan dengan GCG, hukum, dan penjara. Clear berhubungan dengan public trust, alias kepercayaan publik.

Perusahaan yang tidak clear, tidaklah melanggar hukum. Semua bisa dipertanggungjawabkan. Tapi perusahaan yang tidak clear tidak akan mendapatkan kepercayaan publik. Karena BUMN adalah perusahaan milik publik, maka praktik C & C menjadi sangat penting.

Di manakah letak belum clear-nya praktik trading Petral di Singapura?

Begini: Pertamina adalah perusahaan yang sangat besar. Bahkan terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan yang terbesar, posisi tawar Pertamina tidak akan ada bandingannya. Boleh dikata, dalam bisnis, Pertamina memiliki hak mendikte: mendikte apa saja, termasuk mendikte pemasok dan bahkan mendikte pembayaran.

Inilah yang belum clear: sebagai perusahaan terbesar mengapa Pertamina belum bisa mendikte. Mengapa masih berhubungan dengan begitu banyak trader. Mengapa tidak sepenuhnya melakukan pembelian langsung dari pemilik asal barang: membeli BBM langsung dari perusahaan kilang dan membeli crude (minyak mentah) langsung dari perusahaan penambang minyak.

Dalam satu bulan terakhir tiga kali Presiden SBY mengajak mendiskusikan soal ini dengan beberapa menteri. Termasuk saya. Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina. Kalau ada yang mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari Cikeas, atau dari Istana abaikan saja.
Bisa saja ada yang mengaku-ngaku mendapat backing dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian. Jangankan Presiden SBY, saya pun, di bidang lain, juga mendengar ada orang yang mengatakan mendapat backing dari Menteri BUMN!

Presiden SBY juga menegaskan itu sekali lagi minggu lalu. Dalam pertemuan menjelang tengah malam itu diundang juga Dirut Pertamina Karen Agustiawan. Karen melaporkan sudah siap melakukan pembelian langsung, tanpa perantara lagi. Tentu diperlukan persiapan-persiapan yang matang. Tidak bisa, misalnya seperti yang diinginkan beberapa pihak, besok pagi Petral langsung dibubarkan. Pasokan BBM bisa terganggu. Dan bisa kacau-balau.

Memang kelihatannya banyak motif yang berada di belakang isu Petral ini. Setidaknya ada tiga motif:
1) Ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar C&C dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
2) Dengan adanya Petral mereka tidak bisa lagi ‘ngobyek’ dengan cara menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
3). Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.

Tentu, seperti juga bensin oplos, ada juga campuran lain: politik! Ada politik anti pemerintah Presiden SBY. Tapi yang keempat ini baiknya diabaikan karena politik adalah satu keniscayaan.

Misalnya ketika ada yang menyeru: bubarkan Petral sekarang juga! Saya pikir yang dimaksud sekarang itu ya pasti ada tahapannya. Ternyata tidak. Ternyata benar-benar ada yang menginginkan Petral bubar saat ini juga. Mereka tidak berpikir panjang kalau Petral bubar sekarang, siapa yang akan menggantikan fungsi Petral. Siapa yang akan mendatangkan bensin untuk keperluan bulan depan dan beberapa bulan berikutnya.

Mungkin memang ada maksud terselubung: bubarkan Petral sekarang juga, biar terjadi kelangkaan BBM dan terjadilah gejolak sosial. Ini mirip-mirip dengan logika: jangan naikkan harga BBM dan pemakaiannya juga jangan melebihi 40 juta kiloliter setahun! Logika Joko Sembung yang tidak nyambung.

Tentu saya tidak akan terpancing pemikiran pendek seperti itu. Yang harus dilakukan Pertamina adalah langkah yang lebih mendasar: sebagai perusahaan raksasa, Pertamina, seperti ditegaskan Presiden SBY setegas-tegasnya, tidak boleh lagi membeli minyak dari perantara. Langkah seperti itu sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Pertamina. Tapi belum semua. Jadinya tenggelam oleh pembelian yang masih dilakukan lewat Petral.

Apakah kelak setelah Pertamina tidak lagi membeli minyak dari perantara otomatis tidak akan ada yang dipersoalkan? Tidak dijamin. Akan terus ada yang mempersoalkan. Misalnya:
1) Mengapa membeli langsung kalau pedagang bisa memberikan harga lebih murah? (Dalam dunia bisnis, tidak dijamin pemilik barang menjual lebih murah dari pedagang. Bisa saja pedagang kuat membeli barang dalam jumlah besar dengan diskon yang tinggi. Lalu menjual kepada konsumen dengan harga lebih murah).
2) Pertamina (atau siapa pun) dapat komisi dari pemilik barang.
3) Mengapa membeli langsung kepada pemilik barang? Mengapa tidak pakai tender terbuka saja?

Dan banyak lagi yang masih akan dipersoalkan karena pada dasarnya memang banyak orang yang hobinya mempersoalkan apa saja.

Tapi ribut-ribut seperti itu tidak akan lama. Syaratnya manajemen Pertamina terus secara konsisten menjaga integritas. Tidak mudah memang. Dan memerlukan waktu yang panjang untuk membuktikan konsistensi itu.

Tapi dalam menjaga integritas itu Pertamina tidak akan sendirian. Perkebunan sawit BUMN juga harus melakukan hal yang sama. Misalnya dalam pembelian pupuk. Sebagai perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia, tentu aneh kalau PTPN masih membeli pupuk dari perantara. Perkebunan gula idem ditto.

PLN juga harus membeli batubara langsung dari pemilik tambang. Dan ini sudah dilakukan sejak dua tahun lalu: semua pemasok adalah pemilik tambang . Tidak ada lagi perantara batubara di PLN dalam dua tahun terakhir. Awalnya memang ribut-ribut terus, tapi sekarang sudah kempes.

Inilah prinsip yang harus dipegang:


  • Dengan clean kita memang tidak akan masuk penjara secara fisik.
  • Tapi dengan clear kita tidak akan masuk penjara secara rohani.
  • Hukum cukup menghendaki clean. Publik menghendaki clean and clear.
Oleh Dahlan Iskan
Menteri Negara BUMN
(sumber: situs kementerian BUMN)


(dnl/hen) 

Kisah Pertemuan SBY dan Dahlan Iskan Bahas Pembubaran Petral


Wahyu Daniel - detikfinance

Senin, 21/05/2012 12:06 WIB
Jakarta - Dalam sebulan terakhir ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan intensif bertemu Presiden SBY membahas soal isu pembubaran Petral dan korupsi di Pertamina yang kembali muncul.

"Presiden SBY mengajak mendiskusikan soal ini (Petral) dengan beberapa menteri. Termasuk saya. Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina." kata Dahlan dikutip dari situs BUMN, Senin (21/5/2012).

Dahlan mengatakan, dalam pertemuan tersebut Presiden SBY meminta Dahlan dan Pertamina mengabaikan pihak-pihak yang mencoba menekan Pertamina dengan mengaku mendapatkan backing dari Presiden SBY.

"Kalau ada yang mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari Cikeas, atau dari Istana abaikan saja. Bisa saja ada yang mengaku-ngaku mendapat backing dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian. Jangankan Presiden SBY, saya pun, di bidang lain, juga mendengar ada orang yang mengatakan mendapat backing dari Menteri BUMN!" tegas Dahlan.

Minggu lalu, SBY juga mengadakan pertemuan menjelang tengah malam dengan Dahlan dan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan. Beberapa isu soal kebiasaan Pertamina yang masih mengimpor BBM via trader atau pedagang juga disinggung.

"Karen melaporkan sudah siap melakukan pembelian langsung, tanpa perantara lagi. Tentu diperlukan persiapan-persiapan yang matang. Tidak bisa, misalnya seperti yang diinginkan beberapa pihak, besok pagi Petral langsung dibubarkan. Pasokan BBM bisa terganggu. Dan bisa kacau-balau," tutur Dahlan.

Menurut Dahlan, kelihatan banyak motif yang berada di belakang isu Petral ini. Setidaknya ada tiga motif:


  1. Ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar C&C dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
  2. Dengan adanya Petral mereka tidak bisa lagi ‘ngobyek’ dengan cara menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
  3. Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.


(dnl/hen) 

Hatta: Tidak Benar Pertamina Sarang Korupsi!



Herdaru Purnomo - detikfinance
Senin, 21/05/2012 13:08 WIB
Astana - Jika ada pihak yang menyatakan PT Pertamina (Persero) adalah sarang korupsi, silakan laporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar semua jelas, dan tak asal bicara.

Hal ini disampaikan oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa kepadadetikFinance di Diplomat Hotel, Astana, Kazakhstan, Senin (21/5/2012).

"Silakan saja Pertamina diaudit secara keseluruhan melalui BPK (Badan Pemeriksa Keuanga). Terjunkan KPK juga, biar jelas bahwa tidak benar Pertamina sarang korupsi," kata Hatta.

Hatta menyatakan, dirinya ingin Pertamina diaudit total secara keseluruhan untuk membuktikan soal isu-isu korupsi.

"Kita mau semua secara keseluruhan apa ada penyimpangan atau tidak audit semua, BPK terjunkan. Supaya clear tidak ada omongan soal korupsi lagi. Diaudit total," tegas Hatta.

Dalam kesempatan tersebut, Hatta mengatakan, dirinya tidak ingin Pertamina melalui anak usahanya Petral melakukan impor minyak lewat pedagang atau trader.

"Kalau saya kenapa pakai trader-trader lebih baik langsung saja, itu akan lebih baik. Lebih murah. Kalau bisa langsung kenapa tidak," kata Hatta.

Namun soal pembubaran Petral, Hatta menyerahkan semuanya kepada Pertamina.
Hatta menyatakan, dia saat ini berada di Kazakhstan bersama Dirut Pertamina Karen Agustiawan untuk melakukan penjajakan terhadap rencana Pertamina melakukan investasi pada tiga kilang minyak di Kazakhstan yang menghasilkan 100 ribu barel minyak per hari.


(dnl/hen) 

Dirut Pertamina: Petral Tetap Impor Minyak ke RI Tapi Tak Lewat Pedagang


Herdaru Purnomo - detikfinance

Selasa, 22/05/2012 14:04 WIB
Astana - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan meralat pernyataannya yang mengatakan Pertamina Energy Trading (Petral) tak boleh lagi mengimpor minyak. Petral masih bisa impor minyak.

Karen menegaskan, Petral masih akan mencari minyak untuk kebutuhan dalam negeri. Tetapi yang perlu digarisbawahi, Petral tidak akan lagi mencari minyak melalui trader alias pedagang.

"Jadi perlu ditegaskan ya, bukan Petral tak lagi cari minyak untuk RI, tapi memang Petral itu tidak akan mencari minyak lewat trader," kata Karen ketika ditemui di Astana, Kazakhstan, Selasa (22/5/2012).

"Petral masih akan mencari minyak untuk RI. Tapi tidak lewat trader itu sebenarnya. Bukan Petral tak lagi cari minyak untuk RI," imbuh Karen.

Karen memberikan klarifikasi tersebut karena pihaknya mendapatkan banyak keluhan dari bank di Singapura yang memberikan jaminan L/C untuk Petral.

"Tolong diklarifikasi takut salah tangkap. Itu bank-bank di Singapura sudah ramai karena mereka kan memberikan L/C," tegas Karen kembali.
Sebelumnya Karen mengatakan, Petral tak akan lagi mengimpor kebutuhan minyak untuk Indonesia. "Nanti isu-isu korupsi yah kami harapkan tidak akan ada lagi. Dan Petral sendiri nanti yang kembangkan bisnis Pertamina untuk trading yang di luar kebutuhan Indonesia," tutupnya.


(dru/ang) 

Pertamina Protes Dituding Selalu Beli Minyak Jauh-jauh



Ramdhania El Hida - detikfinance
Kamis, 31/05/2012 17:35 WIB
Jakarta - PT Pertamina (Persero) membantah hanya membeli minyak mentah dari negara-negara jauh dan melupakan kemampuan negara tetangga seperti Brunei Darussalam dalam memenuhi kebutuhan impor minyak mentah dalam negeri.

VP Corporate Communication Pertamina M Harun menjelaskan pembelian minyak mentah impor disesuaikan dengan jenis produk yang akan dibuat oleh perusahaan pelat merah ini.

"Jadi ada yang namanya Crude Oil Management System, nanti program ini tahu mana yang memberikan margin terbaik, mana yield tertinggi nanti itu dipilih," ujarnya kepada detikFinance, Kamis (31/5/2012).

Untuk mengetahui komposisi tersebut, lanjut Harun, semua minyak impor dari berbagai negara ini akan dicampur.

"Jadi namanya cocktail crude, ini dari berbagai jenis kita campur, mana diantara campuran komposisi itu yang menghasilkan produk paling menguntungkan nanti kita ambil. Tidak bisa satu crude," jelasnya.

Dari proses tersebut, Harun menyatakan Pertamina dapat menentukan crude yang paling cocok untuk produk tersebut. Dan crude ini tidak bisa disamakan jenisnya untuk semua negara.

"Selama ini orang berpikir crude itu sama, padahal berbeda tiap negara," ujarnya.

Untuk itu, tambah Harun, jika ada yang mengatakan Pertamina sengaja mengimpor di Afrika dan melupakan minyak asal Brunei, hal tersebut tidak benar.

"Kita masih impor ke Brunei, tapi kalau dikatakan jumlahnya turun, memang itu yang telah disesuaikan dengan kebutuhan produksi," pungkasnya.



(nia/dru) 

Bos Pertamina: Jika RI Perang, Stok BBM Hanya Cukup 1 Hari Saja



Rista Rama Dhany - detikfinance
Jumat, 08/06/2012 15:20 WIB
Jakarta - Semua negara tidak menginginkan terjadinya perang, termasuk Indonesia. Namun jika memang terpaksa perang, dari sisi ketahanan energi khususnya pasokan BBM yang dimiliki Indonesia hanya cukup untuk 1 hari saja.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengatakan negara-negara seperti Korea atau Amerika mempunyai pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang cukup lama digudang penyimpanannya.

"Korea itu punya simpanan BBM di bawah tanah yang di atasnya hanya hamparan rumput selama 6 (enam) bulan, Amerika juga lebih lama lagi setahun, jadi Amerika punya pasokan yang sangat cukup untuk perang," kata Karen pada Kuliah Umum di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Indonesia, Jumat (8/6/2012).

Bagaimana dengan Indonesia? menurut Karen, kalau Indonesia sampai perang, pasokan BBM-nya hanya cukup untuk sampai satu hari saja.

"Jadi Indonesia tidak usah perang, karena BBM nya cuma cukup 1 hari saja," ujar Karen.

Menurutnya pasokan BBM yang disimpan seperti yang dilakukan Korea dan Amerika memiliki konsekuensi ada uang yang mengendap di gudang BBM, yang harus ditanggung oleh negara.

"Bandingkan dengan di Indonesia, 22 hari stok BBM nasional di setiap depo-depo Pertamina, uang Pertamina yang mengendap ditanggung Pertamina sendiri," ucapnya.

Diungkapkan Karen, untuk uang Pertamina yang mengendap di depo-depo Pertamina 1 harinya saja mencapai US$ 150 juta (Rp 1,3 triliun), jika dikali selama 22 hari uang yang mengendap sebesar US$ 3,3 miliar (Rp 29 triliun).

"Itu belum termasuk cost of fund, belum lagi untuk membayar tagihan ke Pemerintah, Pertamina harus menunggu jeda selama 1 bulan, makanya saya hampir tiap hari melototi cost of fund. Dan semua itu ditanggung Pertamina, betapa super body-nya Pertamina," tandasnya.



(rrd/hen) 

Bos Pertamina: Petral Tidak Bisa 'Ditekan-Tekan' Siapapun!



Rista Rama Dhany - detikfinance
Jumat, 08/06/2012 23:04 WIB
Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan meyakini di dalam tumbuh anak usahanya yaitu PT Pertamina Energy Trading (Petral) tidak pernah ada mafia, bahkan dirinya menegaskan Petral tidak akan pernah bisa ditekan-tekan oleh siapa-pun.

"Tidak ada mafia di Petral, semua hasil tender kita selama bertahun-rahun ini kita buka dan tidak ada (mafia)," kata Karen ketika ditemui di Universitas Indonesia, Depok, Jumat (8/6/2012).

Menurut Karen, setiap tender yang dilakukan Petral hanya yang paling murahlah yang akan menang. "Yang paling murah yang menang, ya kalau yang mahal dimenangkan ya kita tidak mau beli dengan apapun," ujarnya.

Bahkan walaupun dipaksa, Petral tetap pada prosedur yang sudah ditetapkan, walaupun harus ditekan-tekan oleh siapapun juga Petral tidak akan mau.

"Tetap kita tidak akan mau, walaupun ditekan-tekan oleh siapapun juga kita tidak akan mau," tegas Karen.

Apalagi Pertamina saat ini sudah bersertifikat Good Corporate Government (GCG) dengan skornya sudah 92.

"Kita ini GCG dan skornya saja sudah 92, kalau sudah skornya 92 kita harus beli yang mahal sementara ada yang murah ya kita tidak akan mau," ujarnya.

"Jadi kalau sampai saat ini masih ada tudingan ada mafia di Petral, ada motivasi apa ini," tandasnya.



(rrd/dnl) 

Senin, 04 Juni 2012

Pertamina: KPK Mau Periksa Petral, Silakan Saja


Kamis, 12 April 2012

Edwin Dwi Putranto/Republika





Gedung KPK


REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyilahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memeriksa mekanisme tender minyak yang dilakukan Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Perusahaan tersebut merupakan anak usaha Pertamina yang berada di Singapura dan bertugas untuk menjadi perandara pembelian minyak BUMN tersebut.

“Kita sangat terbuka,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Muhamad Harun saat dihubungi Republika, Kamis (12/4). “Kalau KPK mau periksa, kapan saja ya kita silahkan,”.

Menurutnya penunjukan Petral bukan tanpa alasan. Bukan hanya sulit melakukan deal secara langsung dengan produsen minyak, Harun mengaku langkah ini juga dilakukan oleh semua perusahaan minyak di Tanah Air.

Lagipula pusat pasar minyak di dunia yang paling dekat dengan Indonesia berada di Singapura Selain Singapura market minyak mentah berada di empar kota lainnya di belahan dunia, yakni Houston AS, Genuine dan London di Eropa sertai Dubai di Uni Emirat Arab.

“Dengan agen kita bisa mendapatkan tawar menawar harga yang baik,” katanya. Di 2011 lalu, Petral mampu melakukan efisiensi hingga 283 dolar AS untuk pengadaan minyak karena mampu membeli harga termurah di pasar.

Redaktur: Taufik Rachman
Reporter: sefti Oktarianisa

"Petral Jangan Dibubarkan!"




R Ghita Intan Permatasari - Okezone

Minggu, 26 Februari 2012

Ilustrasi. (Foto: Koran SI)

JAKARTA - Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) menilai anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Trading Energy Ltd (Petral) tidak perlu untuk dibubarkan.

Ketua Puskepi Sofyan Zakaria menuturkan yang perlu dilakukan yaitu lebih meningkatkan sistem dan pengawasannya guna meminimalisir penjualan minyak ilegal. "Petral hanyalah sebuah korporasi, jika ada yang salah pada Petral, itu terletak pada orang yang mengendalikan Petral dan juga sistem yang ada di Petral itu," ungkap dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (26/2/2012).

Hal tersebut terkait dengan isu mafia impor minyak diperusahaan tersebut sehingga tercetus keinginan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membubarkan anak usaha Pertamina tersebut.

Menurutnya, jika Petral dibubarkan dan dibuat lagi Petral lain sepanjang masih ada orang-orang kuat tersebut tetap saja perusahaan dan orang-orangnya itu tidak akan berani menentang dan melawan perintah orang-orang kuat tersebut apalagi jika dalam permainan itu juga memberi keuntungan pribadi buat mereka.

"Artinya, yang perlu dibenahi adalah sistem dan pengawasannya," paparnya.

Tambahnya, hasil audit terhadap Petral belum pernah dipermasalahkan oleh BPK atau BPKP. Ini haruslah dijadikan pegangan bagi publik di negeri ini. Jika lembaga audit negara tidak dipercaya oleh sekelompok orang, audit bisa dilakukan oleh auditor independen.

Sekedar informasi, Petral merupakan anak usaha Pertamina yang berbasis di Singapura. Petral kerap membeli minyak mentah dari Pertamina yang tidak bisa diolah di dalam negeri. Minyak mentah tersebut dijual di Singapura dan dibeli negara-negara yang membutuhkan. Petral juga melakukan impor BBM untuk keperluan Pertamina di dalam negeri. (wdi)

Skema Impor Sama, Petral Terancam Tetap Dibubarkan


Gina Nur Maftuhah - Okezone

Jum'at, 2 Maret 2012

Ilustrasi. Foto: Okezone


JAKARTA - Kementerian BUMN menyatakan anak usaha Pertamina, PT Pertamina Energy Trading (Petral) akan dibubarkan jika saat ini masih menggunakan skema sistem pengimpor minyak yang lama. Pasalnya, skema tersebut dinilai tidak efisien.

Menteri BUMN Dahlan Iskan menegaskan, dirinya pernah mengungkapkan setuju jika anak usaha tersebut dibubarkan. Menurutnya, Petral bisa saja tidak dibubarkan asal ditemukan cara yang lebih baik.

"Saya tidak mau kalau caranya sama kayak yang dulu. Sampai sekarang kan memang enggak ada cara yang lebih baik," ungkap Dahlan ditemui di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (2/3/2012).

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menyebut pihaknya tidak akan membubarkan Petral meskipun disinyalir banyak terjadi korupsi dalam proses impor minyak.

Karen juga menyebut Petral telah menerapkan prinsip Good Corporate Governance dalam pengadaannya. "Ya itu kan haknya dia (Karen) ngomong begitu," singkat Dahlan tentang komentar Karen.

Terkait adanya ide yang menyatakan guna meningkatkan transparansi, Petral perlu di IPO kan (Initial Public Offering), Dahlan enggan menanggapi. "Nanti-nanti, saya bicarakan dulu dengan yang lain," tandas Mantan Dirut PLN ini. (and)

Status Hukum Dipertanyakan, Pertamina Diminta Evaluasi Petral


Misbahol Munir - Okezone

Rabu, 14 Maret 2012

Gedung Pertamina. Foto: okezone


JAKARTA - DPR meminta Pertamina untuk mengevaluasi keberadaan dan status hukum anak perusahaannya yang berkedudukan di Singapura, yakni PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral).

Anggota Fraksi PPP Iskandar Sjaichu menyindir, apakah kebijakan impor minyak melalui Petral atas perintah Singapura atau Pertamina.

"Sebab Petral tak sekadar mengadakan pengadaan. Tapi kerja sama suplai jangka panjang. Pertanyaannya, kenapa Petral mengadakan sesuatu yang vital ini? Kenapa bukan Pertamina? Jika ini yang terjadi, mana induk perusahaan dan mana anak perusahaan?" kata Iskandar, seperti dikutip dalam siaran pers, di Jakarta, Rabu (14/3/2012).

Menurut rekan satu fraksi Sjaichu, Mochammad Mahfudh, pendirian Petral di Singapura hanya karena alasan-alasan bisnis atau efisiensi, maka hal ini sangat melecehkan kedaulatan kita sebagai bangsa. Sebab, kata Mahfudh, demi harga diri bangsa, kita sanggup membayar lebih mahal, bahkan nyawa pun rela kita korbankan.

"Apa alasan pendirian Petral di Singapura? Jika alasannya karena Singapura memberi keringanan pajak, alasan ini justru tidak rasional lagi, mengingat Pertamina sebagai induk Petral merupakan BUMN," ungkap anggota Fraksi Demokrat, Ferrari Roemawi.

Sementara Wakil Ketua Komisi VI DPR Erik Satrya Wardhana, menyoroti proses pembelian minyak mentah oleh Petral melalui pihak ketiga yang mengakibatkan harga yang dibayar Pertamina lebih mahal daripada seharusnya.

"Secara teoretis, pembelian minyak langsung ke produsen akan lebih murah daripada pembelian melalui supplier seperti yang sekarang ini dilakukan Petral. Mengapa Petral atau Pertamina tidak membeli langsung kepada negara produsen minyak?” ucap Erik yang juga politisi Partai Hanura ini.

Sedangkan Nasril Bahar, dari Fraksi PAN, mempertanyakan, apakah ada payung hukum atau peraturan perundangan yang menaungi Petral.

Direktur Pertamina, Karen Agustiawan pun belum menjawab apa pun terkait desakan para anggota dewan mengenai masalah impor BBM dan Petral ini. Selain karena terbatasnya waktu, ada kesan Karen menghindari bahasan ihwal Petral ini.

Terbukti, dalam pemaparannya mengenai tata niaga BBM di Indonesia, Karen sama sekali tak menyinggung peran sentral Petral dalam memasok kebutuhan BBM Indonesia dari markasnya di Singapura. (ade)

Dahlan Iskan Kaji Pembubaran Petral


Susi Fatimah - Okezone

Senin, 27 Februari 2012

Menteri BUMN Dahlan Iskan. Foto: Koran SI


BOGOR - Menteri BUMN akan mengkaji apakah Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) akan dibubarkan atau tidak.

"Ya kita lihat satu sampai dua hari ini bagaimana, apakah memang harus-harus bubar atau memperbaiki, apakah nanti kita lihat dulu," ujar Dahlan, di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (27/2/2012).

Dahlan pun enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai kondisi sebenarnya Petral, apakah memang sangat buruk atau tidak. "Kita lihat, kita lihat," singkatnya.

Seperti diketahui, Petral diduga melakukan penyelewengan tender minyak dan diduga telah merugikan negara dengan membeli minyak tanpa tender dari Pertamina sebanyak 800 ribu per barel setiap hari. Diduga total minyak yang dibeli Petral mencapai USD18 bilion per tahun.

Adapun Petral mengklaim proses tender yang dilakukan dalam pengadaan minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM) dilakukan dengan tender terbuka oleh 55 perusahaan terdaftar. Hal ini diungkapkan terkait adanya dugaan maraknya korupsi di Pertal.

Dahlan pun sebelumnya menegaskan pihaknya bersama Pertamina telah bertemu dan sepakat untuk membubarkan Petral. Hal ini terkait dengan ditemukannya sejumlah indikasi korupsi dan permainan kotor sejumlah oknum dalam impor minyak. Meskipun begitu, Dahlan mengaku masih bingung siapa yang akan menjalankan fungsi impor jika Petral dibubarkan.

Mantan bos PLN ini kemudian berencana akan menunjuk satu lembaga untuk mengaudit Petral. "Saya punya ide agar audit ini bisa dilakukan oleh PLN untuk audit Petral, itu karena sistem tender yang dilakukan PLN sudah luar biasa baik sejak dua tahun ini," komentar Dahlan di kantornya. (ade)

Masih Dibutuhkan, Petral Kepanjangan Tangan Pertamina


K. Yudha Wirakusuma - Okezone

Senin, 27 Februari 2012 18:42 wib

Gedung Pertamina. Foto: okezone


JAKARTA - Keberadaan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), dinilai masih diperlukan. Ada baiknya beberapa pihak harus berpikir jernih sebelum membubarkan anak usaha PT Pertamina (Persero) ini.

"Saya kira semua pihak perlu berpikir jernih. Petral masih dibutuhkan sebagai kepanjangan tangan Pertamina melaksanakan impor minyak mentah dan BBM," kata Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, di Jakarta, Senin (27/2/2012).

Menurut dia, di tengah menurunnya kemampuan produksi minyak mentah dan terus meningkatnya kebutuhan BBM, maka Petral masih dibutuhkan. Apalagi, lanjutnya, aktivitas jual dan beli minyak khususnya di pasat "spot" tidaklah mudah, sehingga harus ada pihak yang ditugaskan.

Namun demikian, jika terdapat oknum-oknum yang melakukan kesalahan, maka memang perlu dilakukan tindakan. "Jadi, jangan lembaganya yang disalahkan," katanya.

Komaidi menambahkan, keberadaan Petral di Singapura juga mesti dipertahankan karena sistemnya sudah terbentuk di negara tersebut dan guna menghindari iklim intervensi yang masih kuat di Jakarta.

Selain itu, menurut dia, Petral mendapat keistimewaan tarif pajak perusahaan yang rendah yakni hanya lima persen di Singapura.

"Di sisi lain kegiatan ekspor dan impor juga melalui Singapura. Jadi, sepanjang itu menguntungkan saya kira tidak masalah," katanya.

Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI) juga menolak rencana pembubaran Petral. Presiden KSPMI, Faisal Yusra mengatakan, pihaknya akan melawan tingkah laku para politisi yang meminta pembubaran Petral.

"Ini sudah bentuk politisasi yang arahnya berujung pada kepentingan politik 2014," katanya.

Ketua Dewan Penasihat Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) itu juga mengatakan, Petral sudah tidak lagi seperti dulu.

"Petral sekarang sudah tender secara terbuka. Siapapun bisa ikut tender. Kenapa mesti diributkan. Jangan-jangan ini agar Petral seperti dulu lagi, sehingga bisa dikendalikan," katanya.

Menurut dia, KSPMI dan FSPPB ikut mengawasi Petral dan sekarang ini proses pengadaan Petral sudah berjalan sesuai prosedur. "Kami lihat Petral sudah tegas menolak intervensi," katanya.

Ia juga menjaga agar Petral tidak dirusak kepentingan siapapun. Yusra juga mempersilakan, Petral diaudit agar tidak menimbulkan kecurigaan. (ade)

Pemerintah Kaji Ulang Bubarkan Petral




R Ghita Intan Permatasari - Okezone

Selasa, 22 Mei 2012

Dahlan Iskan


JAKARTA - Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan anak perusahaan PT Pertamina (persero) yaitu PT Petral tidak perlu dibubarkan.

Dahlan Iskan melakukan kajian ulang atas pernyataannya yang menimbulkan polemik bahwa jika PT Petral merupakan lahan korupsi, maka anak usaha Pertamina tersebut harus dibubarkan. Hal ini menjadi polemik lantaran munculnya desakan berbagai pihak untuk membubarkan Petral.

"Petral itu enggak usah dibubarkan. Nanti kan fungsinya bisa berubah, misalnya nanti Pertamina sudah membeli BBM langsung dari kilang dan sudah membeli minyak mentah dari pemilik sumur minyak," ungkap Dahlan ketika ditemui di kantor Pan Multi Finance, Jakarta, Selasa (22/5/2012).

Dahlan melanjutkan, Petral bisa saja melakukan melakukan perdagangan dengan membeli minyak dari negara lain dan menjual ke negara lainnya lagi. Satu hal yang terpenting, lanjut mantan Dirut PLN ini, Pertamina tetap langsung membeli minyak dari produsen.

"Misalnya Petral beli minyak Kuwait nanti di jual ke Filipina, mungkin saja kan,” paparnya.

Lebih lanjut, Dahlan menyebut, Petral bisa menjalankan bisnis trading minyak tanpa ikut campur Pertamina dalam pengadaan minyak.

"(Petral) jadi pedagang profesional. Pertamina tetap langsung beli ke kilang, tidak lewat Petral. Kalau crude langsung ke sumur. Ini sedang kita persiapkan, kita siapkan negosiasi," pungkas dia. (gna)
(rhs)

Dirut Pertamina : Petral Tetap Dipertahankan


Jum'at, 2 Maret 2012 09:03 wib

Dirut Pertamina Karen Agustiawan. (Foto: Koran SI)

JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menegaskan PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) tetap beroperasi secara normal sebagai sole trading arm yang melaksanakan kegiatan trading Pertamina.

Oleh karena itu, Pertamina sebagai induk perusahaan memberikan dukungan penuh terhadap operasional Petral. Pertamina Energy Trading masih tetap menjalankan fungsinya dalam pengadaan minyak mentah maupun produk BBM untuk kebutuhan dalam negeri.

“Semua transaksi bisnis tetap berjalan normal seperti biasa dan Petral yang 100 persen sahamnya dikuasai oleh Pertamina mendapatkan dukungan penuh dari perseroan dalam menjalankan bisnis tersebut,” tutur Karen dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.

Dia mengatakan, keberadaan Petral sebagai sole trading arm yang sekaligus menjalankan fungsi market intelligent bagi Pertamina merupakan best practices dalam bisnis trading minyak mentah dan produk BBM yang terjadi di pasar global. Bahkan,dengan dukungan kompetensi yang dimiliki Petral, Pertamina berhasil melakukan efisiensi pengadaan minyak mentah dan produk BBM senilai USD283 juta selama 2011 lalu.

“Petral telah melakukan transformasi bisnis dan memiliki sistem yang baik dalam menjalankan fungsinya.Petral telah menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance. Sebagaimana induk perusahaan, Petral juga telah diaudit oleh lembaga audit terkemuka Ernst and Young dan kami sangat terbuka untuk mempersilakan BPK sebagai auditor negara untuk melakukan audit apabila diperlukan audit lebih jauh,”kata dia.

Petral saat ini tercatat sebagai perusahaan peringkat delapan besar dari 1.000 perusahaan terbesar yang menjalankan bisnisnya di Singapura, di atas GS Caltex Singapore Pte Ltd (kesembilan), Sinochem International Oil (Singapore) Pte Ltd (ke-12), Petrobras Singapore Private Limited (ke-16), Shell Eastern Petroleum (Pte) Ltd (ke-17), CNOOC Trading (Singapore) Pte Ltd (ke-25), Conoco Phillips International Trading Pte Ltd (ke-37), dan Singapore Petroleum Company Limited (ke-42) berdasarkan25th Annual Ranking Edition yang dikeluarkan oleh Singapore 1000 & SME 1000 tahun 2012.

Petral juga merupakan salah satu dari sedikit perusahaan yang mendapatkan corporate tax incentivedengan tarif lima persen dari besaran normal 17,5 persen. Saat ini Petral juga telah mengembangkan bisnis, di samping sebagai pemasok utama bagi Pertamina untuk mendukung ketahanan energi nasional, yang diharapkan akan menjadi salah satu pemain utama bisnis trading minyak mentah dan BBM di pasar regional.

Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun menambahkan, kepercayaan pasar dan mitra merupakan modal kunci dalam bisnis trading minyak mentah dan BBM di pasar global. Petral telah memperoleh kepercayaan dan dukungan finansial dari bank-bank internasional dengan mendapatkan credit facility sebesar USD3,5 miliar.

Ketidakpastian informasi tentang Petral di dalam negeri akhir-akhir ini telah mengganggu kepercayaan pasar kepada Petral yang pada akhirnya bisa berpengaruh terhadap pasokan energi nasional.

“Pertamina menyesalkan politisasi terhadap Petral. Bisnis trading minyak bersifat long term yang sangat membutuhkan kepercayaan. Untuk itu, kami sangat berkepentingan meyakinkan kepada publik dan mitra Petral tetap beroperasi normal dan didukung penuh Pertamina,” pungkasnya. (nanang wijayanto) (Koran SI/Koran SI/wdi)

Masih Dibutuhkan, Petral Kepanjangan Tangan Pertamina


K. Yudha Wirakusuma - Okezone

Senin, 27 Februari 2012 18:42 wib

Gedung Pertamina. Foto: okezone


JAKARTA - Keberadaan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), dinilai masih diperlukan. Ada baiknya beberapa pihak harus berpikir jernih sebelum membubarkan anak usaha PT Pertamina (Persero) ini.

"Saya kira semua pihak perlu berpikir jernih. Petral masih dibutuhkan sebagai kepanjangan tangan Pertamina melaksanakan impor minyak mentah dan BBM," kata Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, di Jakarta, Senin (27/2/2012).

Menurut dia, di tengah menurunnya kemampuan produksi minyak mentah dan terus meningkatnya kebutuhan BBM, maka Petral masih dibutuhkan. Apalagi, lanjutnya, aktivitas jual dan beli minyak khususnya di pasat "spot" tidaklah mudah, sehingga harus ada pihak yang ditugaskan.

Namun demikian, jika terdapat oknum-oknum yang melakukan kesalahan, maka memang perlu dilakukan tindakan. "Jadi, jangan lembaganya yang disalahkan," katanya.

Komaidi menambahkan, keberadaan Petral di Singapura juga mesti dipertahankan karena sistemnya sudah terbentuk di negara tersebut dan guna menghindari iklim intervensi yang masih kuat di Jakarta.

Selain itu, menurut dia, Petral mendapat keistimewaan tarif pajak perusahaan yang rendah yakni hanya lima persen di Singapura.

"Di sisi lain kegiatan ekspor dan impor juga melalui Singapura. Jadi, sepanjang itu menguntungkan saya kira tidak masalah," katanya.

Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI) juga menolak rencana pembubaran Petral. Presiden KSPMI, Faisal Yusra mengatakan, pihaknya akan melawan tingkah laku para politisi yang meminta pembubaran Petral.

"Ini sudah bentuk politisasi yang arahnya berujung pada kepentingan politik 2014," katanya.

Ketua Dewan Penasihat Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) itu juga mengatakan, Petral sudah tidak lagi seperti dulu.

"Petral sekarang sudah tender secara terbuka. Siapapun bisa ikut tender. Kenapa mesti diributkan. Jangan-jangan ini agar Petral seperti dulu lagi, sehingga bisa dikendalikan," katanya.

Menurut dia, KSPMI dan FSPPB ikut mengawasi Petral dan sekarang ini proses pengadaan Petral sudah berjalan sesuai prosedur. "Kami lihat Petral sudah tegas menolak intervensi," katanya.

Ia juga menjaga agar Petral tidak dirusak kepentingan siapapun. Yusra juga mempersilakan, Petral diaudit agar tidak menimbulkan kecurigaan. (ade)

Dirut Pertamina: Silakan Audit Petral



Selasa, 6 Maret 2012 08:29 WIB





Karen Agustiawan, Direktur Utama PT Pertamina (Persero).



Pernyataan ini menjawab pernyataan Menteri BUMN, Dahlan Iskan sempat mengatakan kalau Petral adalah sarang korupsi. Namun hingga kini belum ada penjelasan lebih lanjut, apa alasan Pertamina mengaudit Petral yang bermarkas di Singapura itu.

"Kita open kalau mau dilakukan audit finansial dan audit operasional," ujar Direktur Utama PT PertaminaKaren Agustiawan ditemui di kantor PT Garuda Indonesia di Cengkareng, Senin (5/3/2012).

Meski diterpa isu sebagai sarang korupsi dan mafia minyak, Karen menjelaskan kalau Pertamina sampai masih akan mempertahankan Petral sebagai anak cabangnya. Petral pun juga tetap melakukan bisnisnya seperti biasa.

"Petral tetap berjalan melakukan pengadaan minyak mentah dan produk BBM untuk kebutuhan di dalam negeri. Keputusannya semenatra ini adalah tetap dijalankan seperti biasa," ungkap Karen.

Editor : hasyim
Sumber : Tribunnews

Petral Dilarang Ganggu Pertamina


SELASA, 22 MEY 2012



@IRNewscom |Jakarta: PT. PERTAMINA Energy Trading Ltd. (Petral)tidak perlu dibubarkan. Nanti fungsinya bisa dirubah. PT Pertamina nanti langsung membeli ke Kilang dan pemilik sumur minyak, jadi tidak akan lewat Petral.

Demikian disampaikan Menteri BUMN Dahlan Iskan di kantor PT Pann Multi Finance Jakarta, Selasa (22/05).

Petral, anak perusahaan Pertamina (persero) di Singapura, dikabarkan menjadi ladang korupsi bagi para pejabat dan petinggi lama Pertamina.

Dahlan Iskan sebelumnya pernah mengatakan Petral diindikasikan menjadi ‘mainan’ beberapa oknum, guna mendapatkan komisi dari kegiatan ekspor impor minyak Pertamina. Belum lagi lokasi perusahaan yang berada di Singapura, sehingga sulit dikontrol.

Dahlan menjelaskan Petral masih bisa tetap hidup, dengan catatan perusahaan itu harus mempunyai bisnis sendiri, tanpa mencampuri urusan jual-beli Pertamina.

“Karena Pertamina akan beli langsung ke pemilik sumur minyak, Petral harus mencari bisnis sendiri. Misalnya mereka beli minyak dari Kuwait, dijual lagi ke Thailand. Beli minyak dari Bahrain, dijual lagi ke Filipina,” tutur Dahlan.

Ketika ditanya kapan hal ini akan mulai berjalan, Dahlan meminta waktu. “Ini tidak bisa cepat-cepat. Ini sedang dipersiapkan. Negosiasi kan lama. Kasih waktu lah,” tandasnya.

Petral didirikan pada 1976 berdasarkan Companies Ordinance Hong Kong, 99,83 persen sahamnya dimiliki oleh Pertamina dengan core bisnis memasok dan memenuhi permintaan (ekspor impor) minyak dan gas di Indonesia.

Selama 2011 Petral merealisasikan volume perdagangan minyak mentah dan produk sebanyak 266,42 juta barel terdiri atas minyak mentah sebesar 65,74 juta barel atau rata-rata sekitar 180.000 barel per hari (bph), dan perdagangan produk sebesar 200,68 juta barel atau rata-rata sekitar 550.000 bph.

Pada 2011, Petral membukukan laba bersih unaudited sebesar 47,5 juta dolar AS, naik 53 persen dibanding tahun sebelumnya. [Fer-7]

Pertamina Minta Harga Mogas TPPI Sama dengan Petral






JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menginginkan harga pembelian mogas (premium dengan kadar oktan 88) dari PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), perusahaan petrokimia, dalam perjanjian restrukturisasi utang (MRA) yang masih dibahas saat ini, sama dengan formula harga Pertamina Energy Trading Limited (Petral), anak usaha Pertamina di sektor perdagangan minyak, yaitu Mid Oil Platts of Singapore (MOPS) minus US$ 0,86 per barel.

M Afdhal Bahauddin, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Pertamina, mengatakan penggunaan formula harga yang sama dengan Petral agar pun tidak dirugikan.

"Kami ingin semua seperti MRA, harga mogas 88 merujuk harga beli Petral," ujarnya.

TPPI dan Pertamina bersama dua kreditor lainnya, yaitu Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) telah menandatangani perjanjian restrukturisasi utang pada 23 Desember 2011. Berdasarkan perjanjian itu, paling lambat 75 hari setelah penandatanganan MRA itu, TPPI harus melunasi utangnya yang berbentuk tunai senilai Rp 1 triliun dan US$ 400 juta.


Namun, berdasarkan rapat koordinasi bidang perekonomian pada 12 Maret, diputuskan restrukturisasi utang TPPI yang dijadwalkan efektif pada 12 Maret itu diundur hingga 30 hari ke depan. Dengan demikian, pelunasan utang TPPI berbentuk kas kepada tiga kreditor tersebut mundur sebulan.

Erik Satrya Wardhana, Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, mengungkapkan pada rapat tersebut pemerintah memutuskan harga penjualan mogas dari kilang TPPI ke Pertamina memakai formula harga MOPS ditambah Rp 500 per liter sampai stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), termasuk penyimpanan, distribusi, dan margin SPBU. Bila Pertamina menyetujui klausul tersebut, perseroan membeli mogas lebih tinggi US$ 9,69 per barel dibanding harga Petral. Itu berarti negara berpotensi merugi sebesar Rp 1,5 triliun per tahun. "Dengan jangka waktu kontrak 10 tahun, total kerugian negara mencapai Rp 15 triliun," ujarnya.

Selain itu, tambah Erik, dari sisi operasional, Pertamina juga akan dirugikan akibat penyimpanan dan pendistribusian 238,5 juta liter premium per bulan dari TPPI. Anak usaha PT Tuban Petrochemical Indotama tersebut sebelumnya berencana memproduksi mogas sebanyak 50 ribu barel per hari.

Dalam keputusan rapat di Kantor Menteri Perekonomian tersebut menurut Erik dinyatakan pula ongkos yang diberikan kepada Pertamina sebesar Rp 163 per liter. Sementara biaya penyimpanan dan pendistribusian produk premium (mogas) yang dikeluarkan Pertamina selama ini Rp 415 per liter, sehingga merugi sebesar Rp 252 per liter. Ini berarti, perseroan akan merugi sebesar Rp 721 miliar per tahun.

"Kami mendesak pemerintah untuk meninjau ulang restrukturisasi utang TPPI tersebut, karena akan semakin menambah inefisiensi Pertamina dalam pengadaan BBM jenis premium yang selama ini disubsidi lewat APBN," tuturnya.

Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan klausul dalam pembahasan MRA TPPI masih dibahas oleh pemerintah dan tiga kreditor, sehingga tidak ada yang dirugikan dalam proses restrukturisasi utang TPPI ini, termasuk negara. "Ini masih dalam proses agar negara masih memiliki keuntungan, ada waktu sebulan membereskannya. Kami ingin negara lebih banyak diuntungkan dari restrukturisasi ini," ujarnya.

Jero menilai langkah pemerintah untuk merestrukturisasi utang TPPI lebih baik daripada aset TPPI itu dibiarkan begitu saja atau dibangkrutkan. Bila utang TPPI direstrukturisasi, negara masih berpotensi memiliki keuntungan dari produksi kilang TPPI, sementara bila dibiarkan begitu saja tidak akan mengahasilkan apa pun.

Satya W Yudha, anggota Komisi VII Dewan, menilai restrukturisasi diperlukan agar negara tidak dirugikan. Kalau pun masih ada klausul yang belum disepakati, itu harus dinegosiasikan ulang agar tidak ada yang dirugikan.

Menurut Komaidi, Deputi Direktur ReforMiner Institute, mekanisme default berpeluang untuk dilakukan, apalagi gugatan arbitrase Pertamina telah dimenangkan Badan Arbitrase Nasional Indonesia. Fuad Bawazier, Mantan Menteri Keuangan, menilai kilang TPPI sebaiknya diambil alih menjadi anak usaha Pertamina.

Amir Sambodo, Direktur Utama Tuban Petrochemical, hingga berita ini diturunkan belum bisa dikonfirmasi.

Sumber: Indonesia Finance Today, 22 Maret 2012