Kamis, 31 Mei 2012

Impor Minyak, Pertamina Akui Tunjuk Petral


JUM'AT, 19 MARET 2010,
Hadi Suprapto, Ferial



kilang mini minyak blok Cepu di Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur (Antara/ Aguk Sudarmojo)

Penunjukan ini diklaim telah sesuai dengan prosedur Peraturan Menteri BUMN.



VIVAnews - PT Pertamina (Persero) telah menunjuk anak perusahaannya, Pertamina Energy Service Ltd (Petral) sebagai importir pengadaan minyak mentah perseroan. Penunjukan ini diklaim telah sesuai dengan prosedur Peraturan Menteri Negara BUMN No.5 tahun 2009.

Putusan ini berisi, BUMN dapat melakukan penunjukan langsung untuk pengadaan barang dan jasa kepada anak perusahaan yang sahamnya dimiliki lebih dari 90 persen, karena Petral 100 persen sahamnya milik Pertamina.

"Cuma kantor Petral di Singapura," kata Sekretaris Perusahaan Pertamina Toharso di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat 19 Maret 2010.

Toharso menjelaskan, selain itu alasan lain penunjukan Petral karena dapat berhubungan dengan National Oil Company (NOC), International Oil Company (IOC), maupun dengan trader. Kendati demikian, semua pembelian itu mengacu pada harga pasar.

Namun, dia mengatakan, pihaknya ke depan akan lebih banyak membeli minyak mentah dari NOC guna menjamin keamanan pasokan. "Saat ini kebutuhan minyak mentah Indonesia 1,2-1,3 juta barel perhari (bph), sedangkan produksi minyak dalam negeri belum mencapai angka itu," kata dia.

Begitupula dengan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih rendah dari kapasitas kilang pengolahan yang ada. "Kapasitas kilang yang ada 1,032 juta bph," tuturnya.

hadi.suprapto@vivanews.com

SBY Mendadak Panggil Menteri Ekonomi


RABU, 9 MEI 2012, 11:52 WIB
Elin Yunita Kristanti, Suryanta Bakti Susila



SBY secara mendadak panggil menteri bidang ekonomi (Antara/ Widodo S Jusuf)

"Belum tahu tentang apa. Pokoknya saya diundang," ujar Menteri BUMN, Dahlan Iskan.


VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendadak memanggil sejumlah menteri kabinet siang ini. Tiga menteri koordinator, menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, menteri Perdagangan, menteri BUMN, serta ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) telah hadir memenuhi panggilan itu.

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, mengaku belum tahu apa yang diagendakan dalam rapat dadakan itu. Berdasarkan informasi biro pers Istana, sudah diagendakan rapat kabinet terbatas siang ini pukul 14.00 WIB.

"Tadi, kami rapat di Kemenkeu, terus diminta datang ke sini. Kami juga belum tahu," kata Agung di halaman Istana Negara, Jakarta, Rabu 9 Mei 2012.

Ia pun membenarkan bahwa undangan yang ia terima adalah undangan mendadak. "Iya, mendadak," tuturnya.

Hal senada disampaikan Menteri BUMN, Dahlan Iskan. Ia belum mendapat gambaran apa yang akan dibicarakan dalam rapat tersebut. "Belum tahu tentang apa. Pokoknya saya diundang," ujarnya.

Meski belum jelas apa yang akan dibicarakan dalam rapat tersebut, sejumlah isu bidang ekonomi sedang mengemuka belakangan.

Salah satunya adalah adanya sentimen negatif pasar saham global maupun regional Asia Pasifik akibat perkembangan politik di Yunani yang menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan fiskal Eropa. Kisruh itu juga ikut mengguncang saham di Bursa Efek Indonesia pagi ini.

Isu yang lain adalah soal BBM. Selain soal penghematan, ada juga terkait Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina Energi Trading Ltd atau Petral, yang menggelar tender untuk memasok pengadaan minyak mentah dan produk BBM.

Lewat tender terbuka, sebanyak 55 perusahaan terdaftar mendaftarkan diri untuk mengikuti lelang tersebut. Langkah ini dipertanyakan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang berpendapat, seharusnya Pertamina membeli BBM dari produsen minyak, bukan pedagang. (art)

"Heboh Impor BBM, Bubarkan Petral Pertamina"


SENIN, 22 MARET 2010, 11:22 WIB
Hadi Suprapto



kilang mini minyak blok Cepu di Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur (Antara/ Aguk Sudarmojo)


Pertamina sebagai perusahaan besar, lebih baik membeli minyak langsung dari produsen.

VIVAnews - Langkah Pertamina menunjuk anak perusahaannya, Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) sebagai importir pengadaan minyak mentah perseroan dinilai kurang tepat.

Alasannya, Pertamina sebagai perusahaan besar, lebih baik membeli minyak langsung dari produsen, tanpa melalui perantara. Sekali pun perusahaan perdagangannya anak usahanya sendiri.

Penunjukan melalui perusahaan perantara hanya akan memperbesar biaya impor minyak. "Lebih baik Petral dibubarkan saja," kata pengamat perminyakan dari Center for Petroleum and Economic Studies, Kurtubi, saat dihubungi VIVAnews, Senin 22 Maret 2010.

Menurut dia, perusahaan perdagangan hanya diciptakan sebagai peluang untuk merugikan Pertamina dan negara. Meski 100 persen saham Petral dikuasai Pertamina, Kurtubi mengatakan, tidak semua keuntungan Petral masuk ke Pertamina. "Untungnya dibagi-bagi bos-bos," katanya.

Pertamina memiliki kemampuan membeli langsung dari produsen. Selain murah, Pertamina juga bisa membuat kontrak jangka panjang. Tentunya, dengan kontrak ini pasokan minyak akan terjamin.

Mengenai argumen Petral dapat berhubungan dengan National Oil Company (NOC), Multinational Oil Company (MOC) maupun trader yang semua mengacu pada harga pasar, Kurtubi tidak yakin. Pertamina sebagai raksasa minyak juga memiliki kemampuan itu. "Emangnya Pertamina departemen? Pertamina itu perusahaan yang bisa menjalin bisnis dengan siapa saja," ujarnya.

Penunjukan Petral sebagai importir pengadaan minyak mentah perseroan menimbulkan telah kekisruhan. BUMN bidang energi ini dinilai tidak melakukan tender pengadaan impor minyak.

Bahkan, gara-gara penunjukan langsung itu, Kementerian Negara BUMN ikut bicara. Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu memperingatkan pihak-pihak tertentu agar tidak mengintervensi perusahaan pelat merah itu. Pertamina perlu dijaga independensinya.

"Pertamina harus bebas dari intervensi nonkorporasi," tegas Said dalam pesan singkatnya, 20 Maret 2010.

Namun, Pertamina beralasan minyak mentah jenis azeri merupakan salah satu jenis minyak mentah yang teregristrasi sebagai minyak mentah yang karakteristiknya sesuai dengan kilang yang dimiliki oleh Pertamina dan telah dipakai sejak tahun 2003. Pengadaan impor minyak mentah sudah dilakukan Petral sejak Juni 2009.

Penunjukan langsung kepada anak perusahaan ini juga dilakukan sesuai dengan keputusan direksi Pertamina yang mengacu pada Peraturan Menteri BUMN No. 5 tahun 2009. Isinya, BUMN dapat melakukan penunjukan langsung untuk pengadaan barang dan jasa kepada anak perusahaan yang sahamnya dimiliki lebih dari 90 persen.

hadi.suprapto@vivanews.com

Perusahaan Ini Perburuk Citra Pertamina


SENIN, 27 FEBRUARI 2012, 08:04 WIB
Hadi Suprapto



Kantor pusat Pertamina (VIVAnews/Muhamad Solihin)


Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, mengusulkan agar Petral dibubarkan.


VIVAnews - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, mengusulkan agar PT Pertamina membubarkan anak usahanya, PT Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral. Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan bahan bakar ini dinilai hanya memperburuk citra Pertamina.

Dahlan beralasan citra Pertamina sering terganggu oleh isu Petral sebagai tempat korupsi. Petral yang berkantor di Singapura sering dituduh sulit dikontrol dan direksi Pertamina mendapatkan komisi dari transaksi Petral.

"Saya beranggapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) Pertamina akan terganggu oleh isu di sekitar Petral," kata Dahlan, beberapa waktu lalu.

Lalu siapa sesesungguhnya Petral? Dalam keterangan resmi Pertamina yang dikutipVIVAnews, Senin 27 Februari, meski menjalankan aktivitasnya di Singapura, Petral sebenarnya merupakan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Hong Kong dan berkedudukan di Hong Kong.

Saat ini, sebanyak 99,83 persen saham Petral dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) dan sisanya dimiliki oleh Presiden Direktur Petral, sebagaimana diatur dalam Companies Ordinance Hong Kong.

Petral membukukan trading pada 2011 sebanyak 266,42 juta barel, yang terdiri dari 65,74 juta barel minyak mentah dan 200,68 juta barel berupa produk. Dari aktivitas perdagangannya, Petral membukukan pendapatan US$31,4 miliar dengan profit margin US$47,5 juta.

Petral berhasil membukukan efisiensi harga yang didapat terhadap market price pada 2011 sebesar Rp2,6 triliun untuk pengadaan produk BBM, yaitu Mogas 88 RON & HSD 0.35 persen S, serta Rp400 miliar untuk pengadaan impor minyak mentah.

Menurut konsultan McKinsey, Petral diperlukan untuk mendapatkan gambaran harga pasar yang sebenarnya. "Ini karena Petral bertindak sebagai Trading Arm yang menjalankan fungsi Market Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional Singapore," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina Mochamad Harun.

Petral juga diperlukan untuk mendapatkan fleksibilitas operasional yang lebih cepat dibandingkan Pertamina secara korporasi.

Mengenai Singapura sebagai basis perdagangan, Harun mengatakan, Singapura merupakan pusat perdagangan minyak mentah dan produk BBM di kawasan Asia, dan tempat berkumpulnya pemasok minyak. "Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan minyak dunia, seperti Jenewa, London, Houston, dan Dubai," ujar dia.

Harun melanjutkan, hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang berbadan hukum Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada Pertamina. "Selain itu juga untuk menghindari tekanan politis yang biasa terjadi dalam pengadaan produk BBM," katanya.

Tender Terbuka

Sebelumnya Presiden Direktur PT Pertamina Energy Trading Ltd, Nawazir, mengatakan, pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM melalui tender terbuka, yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar.

Para peserta tender merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi Petral untuk mendapatkan rekanan yang bisa diandalkan guna mencegah terjadinya gagal pasokan yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

“Petral membeli minyak mentah dari Nigeria, Asia, Australia, dan juga negara-negara eks Rusia. Pengadaan tersebut pada prinsipnya semua dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan,” katanya.

Untuk mengikuti tender, Petral selama ini membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada perusahaan yang berminat. Dengan syarat, perusahaan harus memenuhi persyaratan minimal untuk mencegah pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang bisa membuat gagal pasokan dan memicu krisis BBM di Indonesia. (ren)

Dahlan Iskan Bantah Mundur dari Kabinet SBY


SELASA, 22 MEI 2012,
Eko Huda S, Nila Chrisna Yulika



Dahlan Iskan (VIVANews/Nurcholios Anhari Lubis)


"Saya tidak pernah melontarkan pernyataan itu secara terbuka atau tertutup," ujar Dahlan.

VIVAnews - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, membantah telah melayangkan surat pengunduran diri dari Kabinet Indonesia Bersatu II.

"Saya tidak tahu siapa yang menyebarkan isu, maksudnya apa, tujuannya apa, arahnya apa. Saya tidak tahu," kata Dahlan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 22 Mei 2012.

Dahlan merasa tidak pernah melontarkan pernyataan bahwa dirinya akan mengundurkan diri sebagai menteri. "Saya tidak pernah melontarkan pernyataan itu secara terbuka atau tertutup, bahkan ke keluarga dekat saja tidak pernah bicara itu," kata dia.

Meski begitu, Dahlan tidak menampik berita bahwa dirinya pernah dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana. "Tapi tidak terkait dengan itu," lanjutnya.

Sebuah akun anonim di media sosial menulis Dahlan mundur setelah bersitegang dengan menteri lain terkait pergantian direksi Pertamina. Lalu akun anonim itu mengabarkan SBY memanggil Dahlan.

Dalam kesempatan ini, Dahlan juga membantah dirinya bersitegang dengan salah satu menteri. "Saya dengan siapa saja (beda pendapat), tapi tidak cekcok, biasalah beda pendapat kan biasa," kata dia. (umi)

Dahlan Cari Auditor Terbaik untuk Petral


KAMIS, 23 FEBRUARI 2012,
Syahid Latif, Iwan Kurniawan



Dahlan berencana mengaudit anak usaha Pertamina, PT Pertamina Energy Trading Ltd (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)



"Kalau ternyata lebih buruk, kami cari sistem yang lebih baru lagi," kata Dahlan Iskan.


VIVAnews - Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, tengah mencari lembaga audit terbaik untuk mendapatkan penilaian objektif tentang Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Keberadaan anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bidang perdagangan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) itu tengah dipertanyakan.

"Kami bandingkan sistem dulu dan Petral, kami pilih mana yang terbaik. Kalau ternyata lebih buruk, maka kami cari sistem yang lebih baru lagi," kata Dahlan di Jakarta, Kamis, 23 Februari 2012.

Dahlan menegaskan penolakannya jika Pertamina kembali ke sistem perdagangan minyak mentah dan BBM sebelum adanya Petral. Sistem lama dinilai lebih parah dan sangat mengganggu kinerja Pertamina.

Sebelumnya, sistem pembelian minyak mentah dan BBM dilakukan oleh salah satu direktorat Pertamina.

Hadirnya Petral, Dahlan melanjutkan, merupakan koreksi cara kerja Pertamina yang buruk pada waktu itu. Ditempatkannya Petral di Singapura karena negara itu dikenal dengan penerapan hukum dan kontrol yang baik. "Kalau di dalam negeri, diintervensi terus berbagai pihak," paparnya.

Presiden Direktur PT Pertamina Energy Trading Ltd, Nawazir, mengatakan, pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM telah dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar.

Para peserta tender merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi Petral untuk mendapatkan rekanan yang bisa diandalkan guna mencegah terjadinya gagal pasokan yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

“Petral membeli minyak mentah dari Nigeria, Asia, Australia, dan juga negara-negara eks Rusia. Pengadaan tersebut pada prinsipnya semua dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan,” katanya.

Untuk mengikuti tender, Petral selama ini membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada perusahaan yang berminat. Dengan syarat, perusahaan harus memenuhi persyaratan minimal untuk mencegah pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang bisa membuat gagal pasokan dan memicu krisis BBM di Indonesia. (art)

Ganggu Citra, Dahlan Usul Bubarkan Petral


SELASA, 21 FEBRUARI 2012,
Hadi Suprapto, Iwan Kurniawan



Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan (ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang)


Citra Pertamina sering terganggu oleh isu mengenai Petral sebagai tempat korupsi.

VIVAnews - Dipandang mengganggu citra dan kinerja PT Pertamina, Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, mengusulkan pembubaran Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Petral adalah anak perusahaan Pertamina yang berperan dalam menyokong kegiatan perdagangan BBM.

Dahlan menjelaskan, citra Pertamina sering terganggu oleh isu mengenai Petral sebagai tempat korupsi. Petral yang berkantor di Singapura dituduh orang-orang sulit mengontrol dan direksi Pertamina mendapatkan komisi dari transaksi Petral.

"Saya beranggapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) Pertamina akan terganggu oleh isu di sekitar Petral, bahkan katanya ada yang mengajukan ke KPK," kata Dahlan di Jakarta, Selasa 21 Februari 2012.

Untuk itu, Dahlan telah berbicara dengan Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, beberapa waktu lalu untuk membubarkan Petral, dan ternyata dirut Pertamina pun menyetujui usulannya.

Dengan pembubaran Petral, maka citra Pertamina yang saat ini sedang membangun GCG tidak akan terganggu. Dirut Pertamina sendiri mempunyai opsi lain, yaitu memindahkan Petral ke Indonesia dan tidak lagi menjadi anak perusahaan Pertamina.

Menanggapi ide Karen, Dahlan mengusulkan tugas yang selama ini diemban Petral untuk jual-beli minyak mentah dan BBM akan ditangani oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia. "Karena ini kan masalah trading, tapi ini baru gagasan," katanya.

Dahlan melanjutkan, tugas-tugas Petral membeli minyak mentah dan dikelola di kilang minyak Pertamina jangan ditangani oleh dua direktur Pertamina seperti dahulu.

Mantan dirut PT Perusahaan Listrik Negara itu menginginkan pembubaran Petral secepatnya. Namun, Dahlan menyatakan dengan dihapusnya Petral bukan berarti Pertamina akan melarikan diri dari kasus penyelewengan tender minyak Petral ke KPK.

"Tidak ada urusannya dengan menghapus jejak. Kalau diperiksa atau tidak terserah KPK. Pertamina tidak takut, tetapi merasa terganggu," katanya.

Sementara itu, Wakil Presiden Komunikasi Korporat, Mochamad Harun, menjelaskan, PT Pertamina telah sangat terbuka dan transparan dalam upaya memenuhi kebutuhan BBM nasional melalui kegiatan impor.

Kegiatan impor BBM dan juga minyak mentah oleh Pertamina selama ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pertumbuhan kebutuhan BBM nasional harus diakui sejauh ini telah melampaui pertumbuhan kemampuan nasional dalam upaya pemenuhannya, sehingga impor masih diperlukan.

“Yang paling penting adalah bahwa proses impor tersebut sudah dilakukan dengan terbuka, dalam artian siapa pun yang kredible dan mampu, boleh ikut dalam proses impor BBM. Dengan demikian, Pertamina memiliki pilihan atas penawaran dengan harga terbaik,” katanya.

Dalam melakukan impor BBM dan juga minyak mentah, sebagaimana juga dilakukan oleh perusahaan minyak dunia lainnya, Pertamina memiliki anak perusahaan yang berperan besar dalam menyokong kegiatan perdagangan BBM dan minyak mentah yang efisien bagi perusahaan, yaitu Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Petral merupakan anak perusahaan yang didirikan berdasarkan Companies Ordinance Hong Kong, yang 99,83 persen sahamnya dimiliki oleh Pertamina.

Petral juga berfungsi sebagai market intelligent bagi Pertamina dan berperan penting bagi pencapaian perusahaan dalam membukukan efisiensi impor BBM senilai US$283 juta pada 2011. Pada 2011, Petral telah membukukan laba bersih (unaudited) sebesar US$47,5 juta atau naik 53 persen dibandingkan laba bersih audited 2010.

“Sebagai trading arm Pertamina, aktivitas perdagangan Petral utamanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Pertamina, selain juga untuk pihak ketiga,” tuturnya.

Selama tahun lalu, Petral merealisasikan volume perdagangan minyak mentah dan produk sebanyak 266,42 juta barel. Perdagangan minyak mentah Petral mencapai 65,74 juta barel atau rata-rata sekitar 180.000 barel per hari (bph), sedangkan perdagangan produk mencapai 200,68 juta barel atau rata-rata sekitar 550.000 bph. (art)

Dahlan: Masa Pertamina Beli BBM dari Pedagang


SELASA, 8 MEI 2012
Syahid Latif, R. Jihad Akbar



Kilang BBM milik PT Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah (Pertamina)


Untuk perusahaan sekelas Pertamina seharusnya BBM dibeli dari produsen atau kilang minyak.

VIVAnews - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, mempertanyakan langkah PT Pertamina yang mengimpor bahan bakar minyak dari pedagang. Seharusnya, perusahaan sebesar Pertamina, membeli BBM langsung dari produsen minyak.

"Kan Pertamina perusahaan besar, masa beli minyak dari pedagang, sebaiknya kan langsung dari sumbernya," ujar Dahlan Iskan di Jakarta, Selasa, 8 Mei 2012.

Menurut Dahlan, kementeriannya terus mendorong Pertamina untuk membeli BBM langsung dari produsen atau pemilik kilang. Instruksi ini sebetulnya hal yang biasa dilakukan oleh perusahaan penghasil BBM di seluruh dunia.

"Kalau perusahaan besar swasta itu langsung beli BBM kepada sumbernya," kata Dahlan.

Dia menegaskan, pilihan untuk membeli BBM tersebut sepenuhnya diserahkan kepada Pertamina. Perusahaan pelat merah ini nantinya akan mencari sumber-sumber kilang dan menelusuri minyak mentah langsung dari produsennya.

Untuk saat ini, Kementerian BUMN mengaku belum bisa menaksir besaran efisiensi yang bisa diperoleh Pertamina dari pembelian BBM langsung tersebut. "Masih kami minta untuk dipelajari," ujarnya.

Seperti diketahui, Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina Energi Trading Ltd atau Petral, menggelar tender untuk memasok pengadaan minyak mentah dan produk BBM. Lewat tender terbuka, sebanyak 55 perusahaan terdaftar mendaftarkan diri untuk mengikuti lelang tersebut.

Saat ini, sebanyak 99,83 persen saham Petral dikuasai oleh PT Pertamina dan sisanya oleh presiden direktur Petral, sebagaimana diatur dalam Companies Ordinance Hong Kong.

Petral membukukan perdagangan pada 2011 sebanyak 266,42 juta barel, yang terdiri atas 65,74 juta barel minyak mentah dan 200,68 juta barel berupa produk. Dari aktivitas perdagangannya, Petral membukukan pendapatan US$31,4 miliar dengan profit marginUS$47,5 juta.

Perusahaan itu mampu membukukan efisiensi harga yang didapat terhadap market pricepada 2011 sebesar Rp2,6 triliun untuk pengadaan produk BBM, yaitu Mogas 88 RON & HSD 0.35 persen S, serta Rp400 miliar untuk pengadaan impor minyak mentah.

Keberadaan Petral sempat dipermasalahkan sejumlah pihak karena dianggapmemperburuk citra Pertamina. Bahkan, penilaian itu diberikan sendiri oleh Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan. (art)

Mengapa Petral Akan Dibubarkan?


JUM'AT, 24 FEBRUARI 2012, 11:38 WIB
Hadi Suprapto



Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan bahan bakar ini dinilai hanya memperburuk citra Pertamina. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)


Perusahaan bidang perdagangan BBM ini dinilai hanya memperburuk cita Pertamina.

VIVAnews - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, mengusulkan agar PT Pertamina membubarkan anak usahanya, PT Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral. Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan bahan bakar ini dinilai hanya memperburuk citra Pertamina.

Mengapa Petral ingin dibubarkan? Dahlan mengatakan, citra Pertamina sering terganggu oleh isu Petral sebagai tempat korupsi. Petral yang berkantor di Singapura sering dituduh sulit dikontrol dan direksi Pertamina mendapatkan komisi dari transaksi Petral.

"Saya beranggapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) Pertamina akan terganggu oleh isu di sekitar Petral," kata Dahlan di Jakarta, Selasa 24 Februari 2012.

Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria, justru mempertanyakan sikap pemerintah yang terkesan tiba-tiba akan membubarkan Petral. "Apakah Petral telah terbukti melanggar hukum dan merugikan negara? Rasanya belum ada pembuktian yang menegaskan hal tersebut," kata dia melalui sambungan telepon, Jumat 24 Februari 2012.

Menurut dia, jika yang menyorot Petral adalah lembaga audit atau institusi penegak hukum yang berwenang, tentu publik akan memakluminya. "Namun sebaliknya, jika yang menginginkan bukan lembaga itu, publik akan mengartikan bahwa "ada sesuaatu" di balik desakan itu," katanya. "Ini perlu disikapi dengan bijak oleh pemerintah."

Sofyano mengatakan, Petral hanyalah korporasi yang tidak berdosa. Jika ada yang salah, itu terletak pada manusia dan sistem yang mengendalikan Petral. "Ini bisnis minyak yang banyak orang ingin menguasainya," kata Sofyano.

Presiden Direktur PT Pertamina Energy Trading Ltd, Nawazir, mengatakan, pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM telah dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar.

Para peserta tender merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi Petral untuk mendapatkan rekanan yang bisa diandalkan guna mencegah terjadinya gagal pasokan yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

“Petral membeli minyak mentah dari Nigeria, Asia, Australia, dan juga negara-negara eks Rusia. Pengadaan tersebut pada prinsipnya semua dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan,” katanya.

Untuk mengikuti tender, Petral selama ini membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada perusahaan yang berminat. Dengan syarat, perusahaan harus memenuhi persyaratan minimal untuk mencegah pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang bisa membuat gagal pasokan dan memicu krisis BBM di Indonesia. (art)

Disorot Dahlan, Pertamina Pertahankan Petral?


KAMIS, 1 MARET 2012, 16:22 WIB
Hadi Suprapto, Iwan Kurniawan



Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan (Pertamina)


Pertamina berhasil melakukan efisiensi pengadaan minyak mentah dan produk BBM US$283 juta.

VIVAnews - PT Pertamina menegaskan bahwa anak perusahaannya, PT Pertamina Energy Trading Ltd, tetap beroperasi secara normal sebagai sole trading arm atau menjadi satu-satunya anak perusahaan yang melaksanakan kegiatan perdagangan Pertamina. Karena itu, Pertamina sebagai induk perusahaan memberikan dukungan penuh terhadap operasional Petral.

Pertamina Energy Trading masih tetap menjalankan fungsinya dalam pengadaan minyak mentah maupun produk BBM untuk kebutuhan dalam negeri. “Semua transaksi bisnis tetap berjalan normal seperti biasa," kata Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan, dalam keterangan tertulis, Kamis 1 Maret 2012.

"Petral yang 100 persen sahamnya dikuasai oleh Pertamina mendapatkan dukungan penuh dari perseroan dalam menjalankan bisnis tersebut.”

Sebelumnya, Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, menyoroti Petral yang sering disebut-sebut sebagai sarang korupsi. Karena itu, daripada hanya mencemarkan nama Pertamina, Dahlan mengusulkan agar Petral dibubarkan saja.

Menurut Karen, keberadaan Petral sebagai sole trading arm yang sekaligus menjalankan fungsi market intelligent bagi Pertamina, merupakan praktik terbaik dalam bisnis tradingminyak mentah dan produk BBM yang terjadi di pasar global. Bahkan, dengan dukungan kompetensi yang dimiliki Petral, Pertamina berhasil melakukan efisiensi pengadaan minyak mentah dan produk BBM senilai US$283 juta selama 2011.

“Petral telah melakukan transformasi bisnis dan memiliki sistem yang baik dalam menjalankan fungsinya. Petral telah menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance,"katanya.

Sebagaimana induk perusahaan, Petral juga telah diaudit oleh lembaga audit terkemuka Ernst and Young. "Kami sangat terbuka mempersilakan BPK sebagai auditor negara melakukan audit apabila diperlukan,” katanya.

Petral saat ini tercatat sebagai perusahaan peringkat delapan besar dari 1.000 perusahaan terbesar yang menjalankan bisnisnya di Singapura, di atas GS Caltex Singapore Pte Ltd (ke-9), Sinochem International Oil Singapore Pte Ltd (ke-12), Petrobras Singapore Private Limited (ke-16), Shell Eastern Petroleum Pte Ltd (ke-17), CNOOC Trading Singapore Pte Ltd (ke-25), ConocoPhillips International Trading Pte Ltd (ke-37), dan Singapore Petroleum Company Limited (ke-42) berdasarkan 25th Annual Ranking Edition yang dikeluarkan oleh Singapore 1000 & SME 1000 tahun 2012.

Petral juga salah satu dari sedikit perusahaan yang mendapatkan corporate tax incentivedengan tarif 5 persen dari besaran normal 17,5 persen.

Bisnis kepercayaan
Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Mochamad Harun, menambahkan, kepercayaan pasar dan mitra merupakan modal kunci dalam bisnis perdagangan minyak mentah dan BBM di pasar global. Petral telah memperoleh kepercayaan dan dukungan finansial dari bank-bank internasional dengan mendapatkan credit facility sebesar US$3,5 miliar.

Ketidakpastian informasi tentang Petral di dalam negeri akhir-akhir ini telah mengganggu kepercayaan pasar yang pada akhirnya bisa berpengaruh terhadap pasokan energi nasional. “Pertamina sangat menyesalkan politisasi terhadap Petral yang terjadi belakangan ini. Bisnis trading minyak bersifat long term yang sangat membutuhkan kepercayaan,” katanya. (art)

Gusur Petral, Pemerintah Ambil Alih Impor BBM


RABU, 30 MEI 2012, 17:18 WIB
Hadi Suprapto, Alfin Tofler



Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan (Pertamina)


Petral yang disebut sebagai sarang korupsi telah menutup tender impor minyak pada 21 Mei.

VIVAnews - Pertamina Energy Trading Limited (Petral), anak usaha PT Pertamina yang berkedudukan di Singapura telah menutup tender impor minyak Indonesia pada 21 Mei 2012. Selanjutnya, perusahaan perdagangan minyak mentah ini akan melakukan perdagangan di luar negeri, selain Indonesia.

Direktur Utama Pertamia, Karen Agustiawan, mengatakan, jika pemerintah Indonesia akan mengimpor minyak, baik minyak mentah maupun bahan bakar minyak (BBM), pemerintah langsung berhubungan dengan negara pengekspor minyak.

"Kami tidak akan lagi menjadi perantara impor minyak Indonesia," kata Karen saat rapat dengar pendapat dengan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu 30 Mei 2012.

Selama ini, Petral menjadi perusahaan perantara dalam kegiatan impor minyak Indonesia. Perusahaan ini sempat heboh, karena diduga sebagai sarang korupsi impor minyak Indonesia. Bahkan, beberapa waktu lalu, Menteri BUMN Dahlan Iskan, sempat ingin membubarkan Petral.

Mengenai tuduhan ini, Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Mochamad Harun, menjelaskan, Pertamina telah sangat terbuka dan transparan dalam upaya memenuhi kebutuhan BBM nasional melalui kegiatan impor.

Kegiatan impor BBM dan juga minyak mentah oleh Pertamina selama ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pertumbuhan kebutuhan BBM nasional harus diakui telah melampaui pertumbuhan kemampuan nasional dalam upaya pemenuhannya, sehingga impor masih diperlukan.

“Yang paling penting adalah bahwa proses impor tersebut sudah dilakukan dengan terbuka, dalam artian, siapa pun yang kredibel dan mampu, boleh ikut dalam proses impor BBM. Dengan demikian, Pertamina memiliki pilihan atas penawaran dengan harga terbaik,” katanya.

Dalam melakukan impor BBM dan juga minyak mentah, sebagaimana juga dilakukan oleh perusahaan minyak dunia lainnya, Pertamina memiliki anak perusahaan yang berperan besar dalam menyokong kegiatan perdagangan BBM dan minyak mentah yang efisien bagi perusahaan, yaitu Petral. Petral merupakan anak perusahaan yang didirikan berdasarkan Companies Ordinance Hong Kong, yang 99,83 persen sahamnya dimiliki oleh Pertamina.

Petral juga berfungsi sebagai market intelligent bagi Pertamina dan berperan penting bagi pencapaian perusahaan dalam membukukan efisiensi impor BBM senilai US$283 juta pada 2011. Pada 2011, Petral telah membukukan laba bersih (unaudited) sebesar US$47,5 juta atau naik 53 persen dibandingkan laba bersih audited 2010.

“Sebagai trading arm Pertamina, aktivitas perdagangan Petral utamanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Pertamina, selain juga untuk pihak ketiga,” tuturnya.

Selama tahun lalu, Petral merealisasikan volume perdagangan minyak mentah dan produk sebanyak 266,42 juta barel. Perdagangan minyak mentah Petral mencapai 65,74 juta barel atau rata-rata sekitar 180.000 barel per hari (bph), sedangkan perdagangan produk mencapai 200,68 juta barel atau rata-rata sekitar 550.000 bph. (art)

Dahlan: Petral Boleh Impor Minyak, Asal...


RABU, 23 MEI 2012
Hadi Suprapto, Iwan Kurniawan



Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan




Sebelumnya Dahlan telah melarang Petral membeli minyak mentah dan BBM dari pasar spot.

VIVAnews - Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, menyatakan PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) masih diperbolehkan membeli minyak mentah dan bahan bakar minyak dari pasar spot atau pun pihak ketiga, namun ada syaratnya.

"Kecuali dalam keadaan darurat sekali seperti kilangnya lagi shutdown atau kenapa-kenapa," kata Dahlan saat ditemui di Kementerian BUMN Jakarta, Rabu 23 Mei 2012.

Sebelumnya, Dahlan telah melarang Petral membeli minyak mentah dan bahan bakar minyak dari pasar spot. Menurut dia, instruksi Presiden telah jelas, tidak lagi membeli minyak mentah ataupun BBM melalui perantara.

Namun, menurut Dahlan, untuk mempersiapkan Petral membeli langsung dari perusahaan migas asing membutuhkan waktu panjang. "Ini bukan membeli kerupuk yang besok bisa dilakukan. Sebab kami harus cari dahulu kilangnya yang bisa memasok ke Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan menjelaskan Pertamina akan berusaha mengimpor langsung dari perusahaan minyak dan pemilik kilang asing pada Kuartal ketiga 2012.

Selain itu, Pertamina tetap mengutamakan menyerap minyak mentah domestik untuk memenuhi kebutuhan kilang. Kedua hal tersebut harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan langkah tersebut tidak menimbulkan risiko, seperti kegagalan pasokan impor yang akan berakibat pada terjadinya krisis energi dalam negeri.

"Sistem pengadaan minyak mentah dan BBM yang dilakukan selama ini telah berjalan dengan baik dan dengan prinsip-prinsip good corporate governance," kata Karen.


• VIVAnews | Share :

Dahlan : Pertamina Jangan Beli Minyak Ke Petral







Kapal tangker baru buatan PT Daya Radar Utama Shpyard yang akan di serahkan kepada PT Pertamina (Persero) di Tanjung Priok, Jumat (11/05). Kapal dengan kapasitas cargo 4851.52 M3 akan memperkuat armada transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk meningkatkan ketahanan pasokan energi nasional . TEMPO/Dasril Roszandi




TEMPO.CO, Jakarta -Pertamina diminta membeli minyak langsung ke sumbernya, bukan perantara atau pihak ketiga seperti PT Pertamina Energy Trading (Petral). "Petral sama kayak pertamina, apa sih bedanya Petral sama Pertamina," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan ketika ditemui di Kantor Kementrian, Rabu sore, 23 Mei 2012.

Menurut Dahlan, Pertamina harus membeli minyak langsung ke sumber bukan perantara atau pihak ketiga. Jika BBM membeli langsung dari kilang, kalau minyak mentah membeli dari pemiliknya. Pembelian ini akan dilakukan Petral.

Menurut Dahlan, Petral nanti yang membeli, tapi tidak lewat tender lagi melainkan langsung. Petral merupakan bagian dari Pertamina. Dahlan mengatakan, petral jangan dianggap pihak ketiga. Petral, ujar Dahlan. 100 persen milik pertamina. Selama ini petral membelinya dari pihak ketiga. Namun, kata Dahlan, masih bisa membeli melalui pihak ketiga dalam keadaan darurat. "Misalnya pas ada kecelakaan," ujar Dahlan.

Dahlan belum bisa memastikan jangka waktu program ini bisa terlaksan. Pertamina membutuhkan waktu untuk mencari posisi kilang atau sumber minyak di dunia. "Tapi secepatnya lah," kata Dahlan.

Sebelumnya merebak rumor bahwa pemerintah akan membubarkan Petral, karena disinyalir menjadi ladang korupsi di tubuh Pertamina dan sejumlah pejabat pemerintah. Kemudian Menteri BUMN mengatakan tidak akan membubarkan Petral. Anak perusahaan ini juga diperbolehkan melakukan jual beli minyak, misalnya dibeli dari Kuwait kemudian dijual ke Thailand, dibeli dari Bahrain lalu dijual ke Filipina.

SUNDARI

Membersihkan Petral dari Kongkalikong



THURSDAY, 31 MAY 2012

Petral adalah reinkarnasi Perta Group, perusahaan patungan Pertamina dengan Pemerintah Negara Bagian California, yang berdiri pada 1969. Ada dua anak usahanya, yaitu Perta Oil Marketing Corporation Limited, yang berbadan hukum Bahama dan berkantor di Hong Kong, dan Perta Oil Marketing Oil Corporation, yang berbasis di California, Amerika Serikat.

Tugas Perta adalah menjual minyak Pertamina ke Amerika. Pertamina sendiri mendapat kuasa dari pemerintah untuk menjual minyak mentah yang didulang dari Bumi Pertiwi. Ketika itu, produksi minyak Indonesia melimpah, jauh lebih besar dari kebutuhan. Pada September 1998, Pertamina mengambil alih 100% saham Perta Group. Pada Maret 2001, Pertamina mengubah nama Perta menjadi Petral. Perannya tak lagi hanya sebagai penjual minyak, melainkan juga sebagai pengimpor minyak buat Pertamina (sejak Indonesia tak lagi bisa mencukupi kebutuhan minyaknya).

Agar tak dituding sebagai sarang korupsi, Pertamina berusaha membenahi mekanisme tender di Petral menjadi lebih terbuka. Setiap perusahaan yang mau ikut tender harus memiliki syarat tertentu. Misalnya, ia bukan calo, melainkan benar-benar pedagang yang memiliki minyak. Jenis perusahaan yang bisa ikut tender adalah perusahaan perdagangan yang mencatatkan saham di bursa global atau dimiliki perusahaan minyak negara atau memiliki modal minimum US$ 50 juta atau perusahaan trading yang memiliki fasilitas sendiri yang terkait dengan minyak, seperti kilang, tangki penyimpanan, kapal, atau memiliki kontrak sewa fasilitas itu minimal setahun.

Petral memiliki sekurangnya 55 rekanan trader yang selama ini bersaing dalam tender pengadaan minyak. Mereka antara lain Shell, ExxonMobil, Chevron, ConocoPhillips, Glencore, Vitol, Repsol, Mitsui, Itochu, Verita Oil, BP, PTT Thailand, dan Petrobras. Dalam sebuah tender untuk pengiriman Mei 2012 yang dilakukan pada April lalu, Petral mengundang 50 trader untuk memasok minyak mentah dan 33 trader untuk memasok BBM.

Toh, bagi Dahlan dan istana, perbaikan sistem dan masuknya trader kelas dunia itu belum cukup untuk menjamin Petral bebas kongkalikong alias clear and clean. Karena itulah, opsi pembelian langsung ke produsen pun dinilai sebagai pilihan yang paling baik. Benarkah demikian? Atau adakah alasan lain di balik ke-ngotot-an istana dan Dahlan mengamputasi Petral?

Untuk memangkas trader sudah jelas. Untuk menghilangkan kongkalikong antara trader dan pelaksana tender, juga iya. Demikian pula untuk membuat lebih efisien dan mendapatkan harga lebih murah. Namun tak ada jaminan bahwa pembelian minyak secara G to G itu bakal mendapat harga dari produsen yang lebih murah daripada trader. Bahkan Dahlan tak berani menjamin. "Dalam dunia bisnis, tidak dijamin pemilik barang menjual lebih murah dari pedagang. Bisa saja pedagang kuat membeli barang dalam jumlah besar dengan diskon yang tinggi, lalu menjual kepada konsumen dengan harga lebih murah," tulis Dahlan dalam "Catatan Dahlan" di dahlaniskan.wordpress.com. (IAA)

PETRAL di Ujung Jalan


Edisi 20 - Tahun 1 | 28 Mei - 03 Juni 2012


Disinyalir dikuasai mafia minyak, Petral anak perusahaan PT Pertamina (Persero) terancam dibubarkan. Di balik rencana itu ada agenda tersembunyi mengeruk tambang uang untuk Pilpres 2014.





Sejumlah pengamat dan politisi diantaranya Ali Mochtar Ngabalin (kedua atas kiri), Johnson Panjaitan (kanan) meninggalkan gedung KPK usai melaporkan adanya mafia minyak di Jakarta, Selasa (14/2).


Mantan anggota DPRRI sekaligus Wakil Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN), Ade Daud Nasution tak menyangka pertanyaannya soal tender “arisan” oleh trader impor minyak di Pertamina Energy Trading Limited (Petral), justru membuat berang Vice President (VP) Corporate Communication Pertamina, Mochammad Harun. Sontak terjadi adu mulut Ade versus Harun pada Kamis (22/2) lalu di kantor Petral, Singapura.


Ade bertanya, sejak dahulu Petral tak pernah ada tender, tapi mengapa tiba-tiba mengajak puluhan wartawan dari Indonesia untuk melihat dari dekat proses tender. Pertanyaan Ade lantas dijawab Harun, bahwa tender di Petral sudah terbuka, transparan dan tidak ditutupi. Bukan menjadi ajang permainan mafia importir minyak. Ade kembali mengejar dengan pertanyaan, kalau memang ada tender impor minyak, mengapa dirinya tak pernah mendengar ada lelang dilakukan Petral. Kalau publik tidak mendapat informasi, berarti kerja Humas Pertamina ini buruk.


“Mendengar saya berkata begitu, Harun marah. Dia langsung bereaksi menjawab, bahwa dirinya adalah anak muda dan asli Jawa Timur. Saya timpali jawaban Harun. Saya memang tua tapi juga bisa bertindak seperti anak muda. Dan jangan kait-kaitkan masalah ini dengan kesukuan,” jelas Ade kepada Prioritas yang menerangkan bahwa dirinya hadir di Singapura bersama rekannya mantan anggota DPR-RI Boy Saur dan pengacara, Johnson Panjaitan.


Sebelum mendatangi kantor Petral di Singapura, Selasa (14/2) sebelumnya, Ade bersama Ali Mochtar Ngabalin, Adhie Massardie, Marwan Batubara dan Johnson Panjaitan melaporkan dugaan penyelewengan tender minyak oleh anak perusahaan Pertamina itu ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Alasan Ade melapor ke KPK karena dipicu proses tender pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Petral bersifat tertutup.


Sejatinya kecurigaan Ade adanya mafia di Petral muncul ketika penawaran dari trader The State Oil Company of the Azerbaijan Republic atau Socar untuk minyak mentah jenis Azeri kalah oleh penawaran trader PTT Thailand. Padahal, menurutnya, Socar adalah perusahaan patungan antara pemerintah Azerbaijan dan swasta dengan komposisi kepemilikan 75 persen dikuasai negara dan 25 persen milik swasta. Dengan demikian karena Socar adalah milik negara maka seharusnya tak perlu lagi melewati proses tender tapi melalui hubungan dagang antar pemerintah.


“Apa bedanya Socar dengan Saudi Aramco, perusahaan gabungan pemerintah Arab Saudi dan Amerika itu. Aramco bisa menjual minyak ke Indonesia. Socar tidak bisa. Padahal dari minute meeting dengan Pertamina sudah disetujui dan diparaf, ada apa ini?” kata Ade.


Harun membantah bahwa di Petral merupakan sarang mafia minyak. Tudingan itu dilontarkan oleh orang-orang yang memaksakan kehendak untuk memasukan minyaknya ke Petral. Terbukti, kemarin ketika Ade Nasution datang yang ditanyakan adalah minyak yang memang sengaja dia bawa untuk masuk ke Petral dengan harga lebih mahal.





Direktur Komunikasi Perusahaan PT Pertamina, Mochamad Harun (tiga kiri) memberikan penjelasan tentang tender terbuka pembelian minyak di kantornya di Singapura, Kamis (23/2 ).


“Kami akan ambil kalau harganya kompetitif, tetapi kalau tanpa tender kemudian harganya US$ 2 dollar di atas harga pasar siapa yang berani?” kata Harun.


Ari H. Soemarno mantan Direktur Utama (Dirut) Petral periode 2003-2004 ikut angkat suara. Ari yang menjadi Direktur Utama Pertamina pada 2006-2011 menjelaskan, pembenahan proses tender impor minyak di Petral telah dirintis sejak 2008 lalu. Saat itu proses telah menggunakan Integrated Supply Chain (ISC), sebuah sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).


Petral juga memperketat persyaratan peserta yang dapat mengikuti tender pengadaan minyak. Misalnya syarat bagi perusahaan peserta tender harus sudah beroperasi minimal selama 7 tahun serta memiliki modal awal US$ 50 juta atau sekitar Rp 450 miliar. “Semua transaksi jual-beli minyak Petral dipublikasi di Majalah Platts di Singapura. Secara realtime semua kelihatan. Petral sudah beberapa kali diaudit, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kalau mau juga bisa,” kata Ari yang ditemui Prioritas di kantornya, Jumat pekan lalu.


Telah bersihkah Petral? menurut sumber, Petral saat ini masih belum ada yang berubah, masih banyak mafia minyak yang bermain di seputar pengadaan BBM. Selagi Indonesia masih membeli minyak mentah dalam jumlah besar dengan secara spot atau mendadak maka selama itu pula para mafia terus ada.


Menteri Negara (Meneg) Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan rupanya gerah juga mendengar tudingan Petral sebagai sarang mafia minyak. Ia pun mengancam akan membubarkan Petral dan memindahkan lokasi kantornya di Indonesia agar mudah diawasi. Dahlan berencana memindahkan proses tender pengadaan BBM ke tangan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) yang selama ini kerap melakukan perdagangan berbagai komoditas. “Kami siap membubarkan dan sedang mengkaji siapa yang menangani tugasnya selama ini,” kata Dahlan yang dijumpai ketika berolahraga pagi di Monas, Selasa (28/2) pekan lalu.


Menurut sumber, ide pembubaran maupun penarikan Petral ke Indonesia berkaitan dengan Pemilu 2014. Menteri Perekonomian Hatta Rajasa yang digadang menjadi calon presiden di 2014 disebut-sebut ada dibalik rencana pembubaran Petral. Hatta ingin mengontrol proses tender impor minyak ke dalam negeri dan ditangani oleh orang-orang kepercayaan Hatta di PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero).


Si sumber juga menyebutkan selama ini Hatta sering mendapatkan setoran dari trader minyak asal Indonesia yang menetap di Singapura yakni Mohamad Reza Chalid. Tapi belakangan, Hatta rupanya tergiur juga menguasai jalur uang di Petral sehingga berencana memindahkan Petral ke dalam negeri.


Saat dikonfirmasi tentang kedekatannya dengan Mohamad Reza, Hatta hanya tertawa. “Saya mau rapat. Kalau ada mafia segera tangkap, hukum ditegakkan dan periksa semua,” ujarnya.


Tentang pembubaran Petral, Hatta menegaskan wewenang untuk membubarkan Petral ada di Kementerian BUMN. “Menko tidak bisa mengatakan setuju atau tidak setuju. Tapi tidak boleh terjadi penyimpangan, tidak boleh terjadi mafia-mafia,” ujarnya setelah keluar dari ruang rapat di Kementerian Perindustrian, Jumat (2/3).


Sumber juga menyebut bahwa Mohamad Reza juga punya hubungan dekat dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Ari Soemarno. Menurut sumber, Purnomo ketika menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sering membuka akses agar Mohamad Reza mendapat proyek. Salah satunya proyek dengan Mexican Petroleum, perusahaan minyak negara Meksiko. “Saking dekatnya Mohamad Reza itu ibarat Ali dan Purnomo itu Baba,”


Ketika dikonfirmasi, Purnomo menyatakan tidak kenal dengan Mohamad Reza. “Yang mana? Karena khan banyak,” katanya.


Sedangkan mantan Dirut Pertamina Ari H. Soemarno justru mengaku dekat dengan Mohamad Reza bahkan trader-trader lainnya.


“Saya memang dekat dengan semua trader di Petral, seperti Vitol, Exxon maupun Total. Tapi tak ada hubungan spesial dengan Mohamad Reza,” kata Ari, Jumat pekan lalu di kantornya.


Prioritas melacak keberadaan Mohamad Reza di kantor perusahaan miliknya yakni Global Energy Resources di Jalan Warung Buncit Nomor 49, Jakarta Selatan. Sebuah bangunan berkaca berwarna biru, tertera angka 49 di pojok kanan atas gedung berlantai empat itu. Tepat di sebelah bangunan tersebut lapangan futsal. Lobi depan kantor terlihat sepi dari aktivitas. Tidak terlihat papan nama dan meja resepsionis. Ruangan lobi itu terlihat tak terurus, terdapat sofa hitam. Tak satupun mobil terparkir di teras gedung.


Menurut salah seorang petugas keamanan ada dua perusahaan berkantor di gedung seluas 700 meter persegi itu, PT Bima Palma Nugraha yang bergerak di bidang minyak kelapa sawit dan PT Amanah bergerak di bidang minuman. Tidak ada nama Global Energy Resources. “Dulu memang pernah ada perusahaan minyak tapi PT Aryan Indonesia sekarang sudah tidak ada,” ujar seorang petugas keamanan yang enggan disebut namanya.


Setelah ditanya apa pemilik salah satu perusahaan tersebut bernama Mohamad Reza Chalid, petugas keamanan mengatakan bukan. “Kalau Reza saya belum pernah dengar ada namanya di situ.”


Namun sumber yang dekat dengan Mohamad Reza Chalid memastikan kantornya masih di Warung Buncit. Prioritas mencoba menghubungi Mohamad Reza lewat dua nomer ponsel operator dalam negeri dan satu nomer Singapura namun tak ada jawaban. Jumat (3/3) pekan laluPrioritas kembali menghubungi nomor ponsel Singapura, si pemilik tidak mengakui bila itu nomernya. “Ini bukan Mohamad Reza, ini Supriyono, salah sambung” Tapi suara dari ujung telepon balik bertanya,”Dapat nomer saya darimana ini?”


Ketika ditanya apakah saat ini berada di Singapura, dia mengiyakan. Tapi nada suaranya meninggi. “Saya bukan siapa-siapa, kok kamu nanya saya! Saya gak kenal sama kamu ini!,” telepon langsung ditutup.•Tim Prioritas

Rabu, 30 Mei 2012

Siapa Mafia Migas Itu ?


X-Files M. Hatta Taliwang | Jumat, 20 Apr 2012



Sumber Foto : iress

Ali Mochtar Ngabalin bersama Adi Massardi, Marwan Batubara, Johnson Panjaitan, dan Hastanto Kristinto menyerahkan bukti dugaan penyelewengan Pertamina dan PT Petral



SatuNegeri.com - Sekitar Sebulan yang lalu, sempat mencuat isu Mafia Migas pd acara di METRO TV. Mafia migas dlm cerita ini adalah prantara(trader) antara pemasok-pemasok minyak mentah untuk Pertamina (melalui anak perusahaannya: Pertamina Energy Trading Limited disingkat PETRAL). Bos dari perantara itu oleh kalangan bisnis Singapura disebut Gasoline Father, yaitu Mr.Mohammad Reza Chalid, dari Global Energy Resources(GER).

Banyak kalangan menuding tendernya kurang transparan, ada permainan fee sampai milyaran. "Permainan tetap ada selagi Indonesia masih membeli dengan harga spot,yang bisa dibeli sewaktu waktu,dalam jumlah besar" kata Rhenald Kasali(Tabloid PRIORITAS Edisi 8/05-11 Maret 2012).

Sebenarnya DR.Rizal Ramli sudah lama mensinyalir mafia tersebut.Dalam bukunya MENENTUKAN JALAN BARU INDONESIA (April 2009) menyebut MR.TWO DOLLARS yang pendapatan perharinya USD 600 ribu(Rp 6 miliar), dan menyetor ke oknum-oknum tertentu di Pemrintah.

George Aditjondro lebih gamblang menulis : "Beberapa anggota keluarga besar SBY dibantu oleh kroni-koninya, mereka punya bisnis impor ekpor minyak mentah. Jika dulu Riza (Global Energy Resources) membayar premi kepada keluarga Cendana, sekarang ia membayar komisi ke kelompok Cikeas sebesar 50 sen dollar per barrel.

Jd klo ekspor kita 900 ribu barrel prhari yg msk ke keluarga SBY adalah sebesar USD 450.000 perhari ditambah bonus boleh mengekspor minyak mentah perhari sebesar 150 barrel perhari. Keberadaan sindikat Cikeas ini mendorong Karen Setiawan(Dirut Pertamina) mengancam untuk meletakkan jabatan karena tidak tahan menghadapi tekanan Cikeas".( Dlm buku " Cikeas Makin Menggurita" hal 67-68)

DR.Rizal Ramli dalam sebuah pidato tgl 24 April 2008, menolak kenaikan harga BBM kecuali Pmrintah berani mmbabat mafia Migas tsb. Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku risih dengan sorotan publik atas PETRAL. "Perlu ada perbaikan di tubuh anak perusahaan PERTAMINA itu, supaya tak lagi djadikan tempat korupsi dan sarang prmainan para mafia minyak".( PRIORITAS,idem ). Siapa Kuat?

Percaya Atau Tidak Mafia Migas Itu Ada?



Opini M. Hatta Taliwang | Kamis, 19 Apr 2012



Sumber Foto : pesatnews




SatuNegeri.com - Tadi (18/4) Prof DR Din Syamsuddin dan DR. Rizal Ramli bersama sama tokoh lain hadir di MK dalam rangka pengajuan Judicial Review UU No 22 Thn 2001 tentang MIGAS oleh PP Muhammadiyah, Ada suasana "lain" yang saya tangkap. Media sepi dan tak biasanya tokoh tersebut tidak "diserbu nyamuk wartawan".

Suatu hari ketika seorang teman mengkritisi sebuah blok migas, datang seseorang yang menawarkan "apel washington" asal dia berhenti ngoceh soal blok migas tersebut. Jumlahnya klo dijadikan "apel malang" milyaran. Dengan halus ditolak oleh teman tersebut dan menyatakan aktifis tak punya wewenang apa-apa. Sambil guyon ia katakan ada yang punya wewenang yang bisa dipengaruhi deng apel washington itu.

Dua minggu lalu saya dapat telepon keluhan dari teman di sekitar Blora/ Cepu, mereka demo soal tambang migas Blok Cepu. Mereka siapkan press release, spanduk dll. Jangankan media nasional, media lokalpun tak ada yg memberitakan.

Pasal 28 ayat 2 UU No 22 Thn 2001 tentang Migas yang mengatur harga BBM dilepas ke mekanisme pasar telah ditolak MK. Pemerintah tidak menggubris putusan MK tersebut, karena dengan PP No.36/2004 melalui Pasal 72 Ayat (2) Pemerintah memberlakukan penjualan Pertamax sesuai harga pasar. Hal ini adalah penghianatan terhadap konstitusi. Koq beraninya Pemerintah melawan konstitusi, kekuatan apa dibaliknya?

Sekitar Tahun 2008 DPR RI pernah membentuk Pansus Migas, rakyat tidak pernah tahu hasil Pansus tersebut.Mantan Ketua Pansus malah jadi Menteri. Terakhir, sebulan lalu Metro TV menyiarkan lewat acara Sarasehan Anak Negeri, secara gamblang tentang MAFIA MIGAS, tapi tidak ada kelanjutan, DPR tetap bungkam, malah sibuk deng urusan Geng Motor.



Sumber: BlackBerry Messenger (BBM) Hatta Taliwang