Kamis, 31 Mei 2012

Perusahaan Ini Perburuk Citra Pertamina


SENIN, 27 FEBRUARI 2012, 08:04 WIB
Hadi Suprapto



Kantor pusat Pertamina (VIVAnews/Muhamad Solihin)


Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, mengusulkan agar Petral dibubarkan.


VIVAnews - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, mengusulkan agar PT Pertamina membubarkan anak usahanya, PT Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral. Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan bahan bakar ini dinilai hanya memperburuk citra Pertamina.

Dahlan beralasan citra Pertamina sering terganggu oleh isu Petral sebagai tempat korupsi. Petral yang berkantor di Singapura sering dituduh sulit dikontrol dan direksi Pertamina mendapatkan komisi dari transaksi Petral.

"Saya beranggapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) Pertamina akan terganggu oleh isu di sekitar Petral," kata Dahlan, beberapa waktu lalu.

Lalu siapa sesesungguhnya Petral? Dalam keterangan resmi Pertamina yang dikutipVIVAnews, Senin 27 Februari, meski menjalankan aktivitasnya di Singapura, Petral sebenarnya merupakan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Hong Kong dan berkedudukan di Hong Kong.

Saat ini, sebanyak 99,83 persen saham Petral dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) dan sisanya dimiliki oleh Presiden Direktur Petral, sebagaimana diatur dalam Companies Ordinance Hong Kong.

Petral membukukan trading pada 2011 sebanyak 266,42 juta barel, yang terdiri dari 65,74 juta barel minyak mentah dan 200,68 juta barel berupa produk. Dari aktivitas perdagangannya, Petral membukukan pendapatan US$31,4 miliar dengan profit margin US$47,5 juta.

Petral berhasil membukukan efisiensi harga yang didapat terhadap market price pada 2011 sebesar Rp2,6 triliun untuk pengadaan produk BBM, yaitu Mogas 88 RON & HSD 0.35 persen S, serta Rp400 miliar untuk pengadaan impor minyak mentah.

Menurut konsultan McKinsey, Petral diperlukan untuk mendapatkan gambaran harga pasar yang sebenarnya. "Ini karena Petral bertindak sebagai Trading Arm yang menjalankan fungsi Market Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional Singapore," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina Mochamad Harun.

Petral juga diperlukan untuk mendapatkan fleksibilitas operasional yang lebih cepat dibandingkan Pertamina secara korporasi.

Mengenai Singapura sebagai basis perdagangan, Harun mengatakan, Singapura merupakan pusat perdagangan minyak mentah dan produk BBM di kawasan Asia, dan tempat berkumpulnya pemasok minyak. "Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan minyak dunia, seperti Jenewa, London, Houston, dan Dubai," ujar dia.

Harun melanjutkan, hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang berbadan hukum Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada Pertamina. "Selain itu juga untuk menghindari tekanan politis yang biasa terjadi dalam pengadaan produk BBM," katanya.

Tender Terbuka

Sebelumnya Presiden Direktur PT Pertamina Energy Trading Ltd, Nawazir, mengatakan, pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM melalui tender terbuka, yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar.

Para peserta tender merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi Petral untuk mendapatkan rekanan yang bisa diandalkan guna mencegah terjadinya gagal pasokan yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.

“Petral membeli minyak mentah dari Nigeria, Asia, Australia, dan juga negara-negara eks Rusia. Pengadaan tersebut pada prinsipnya semua dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan,” katanya.

Untuk mengikuti tender, Petral selama ini membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada perusahaan yang berminat. Dengan syarat, perusahaan harus memenuhi persyaratan minimal untuk mencegah pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang bisa membuat gagal pasokan dan memicu krisis BBM di Indonesia. (ren)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar