Kamis, 31 Mei 2012

Membersihkan Petral dari Kongkalikong



THURSDAY, 31 MAY 2012

Petral adalah reinkarnasi Perta Group, perusahaan patungan Pertamina dengan Pemerintah Negara Bagian California, yang berdiri pada 1969. Ada dua anak usahanya, yaitu Perta Oil Marketing Corporation Limited, yang berbadan hukum Bahama dan berkantor di Hong Kong, dan Perta Oil Marketing Oil Corporation, yang berbasis di California, Amerika Serikat.

Tugas Perta adalah menjual minyak Pertamina ke Amerika. Pertamina sendiri mendapat kuasa dari pemerintah untuk menjual minyak mentah yang didulang dari Bumi Pertiwi. Ketika itu, produksi minyak Indonesia melimpah, jauh lebih besar dari kebutuhan. Pada September 1998, Pertamina mengambil alih 100% saham Perta Group. Pada Maret 2001, Pertamina mengubah nama Perta menjadi Petral. Perannya tak lagi hanya sebagai penjual minyak, melainkan juga sebagai pengimpor minyak buat Pertamina (sejak Indonesia tak lagi bisa mencukupi kebutuhan minyaknya).

Agar tak dituding sebagai sarang korupsi, Pertamina berusaha membenahi mekanisme tender di Petral menjadi lebih terbuka. Setiap perusahaan yang mau ikut tender harus memiliki syarat tertentu. Misalnya, ia bukan calo, melainkan benar-benar pedagang yang memiliki minyak. Jenis perusahaan yang bisa ikut tender adalah perusahaan perdagangan yang mencatatkan saham di bursa global atau dimiliki perusahaan minyak negara atau memiliki modal minimum US$ 50 juta atau perusahaan trading yang memiliki fasilitas sendiri yang terkait dengan minyak, seperti kilang, tangki penyimpanan, kapal, atau memiliki kontrak sewa fasilitas itu minimal setahun.

Petral memiliki sekurangnya 55 rekanan trader yang selama ini bersaing dalam tender pengadaan minyak. Mereka antara lain Shell, ExxonMobil, Chevron, ConocoPhillips, Glencore, Vitol, Repsol, Mitsui, Itochu, Verita Oil, BP, PTT Thailand, dan Petrobras. Dalam sebuah tender untuk pengiriman Mei 2012 yang dilakukan pada April lalu, Petral mengundang 50 trader untuk memasok minyak mentah dan 33 trader untuk memasok BBM.

Toh, bagi Dahlan dan istana, perbaikan sistem dan masuknya trader kelas dunia itu belum cukup untuk menjamin Petral bebas kongkalikong alias clear and clean. Karena itulah, opsi pembelian langsung ke produsen pun dinilai sebagai pilihan yang paling baik. Benarkah demikian? Atau adakah alasan lain di balik ke-ngotot-an istana dan Dahlan mengamputasi Petral?

Untuk memangkas trader sudah jelas. Untuk menghilangkan kongkalikong antara trader dan pelaksana tender, juga iya. Demikian pula untuk membuat lebih efisien dan mendapatkan harga lebih murah. Namun tak ada jaminan bahwa pembelian minyak secara G to G itu bakal mendapat harga dari produsen yang lebih murah daripada trader. Bahkan Dahlan tak berani menjamin. "Dalam dunia bisnis, tidak dijamin pemilik barang menjual lebih murah dari pedagang. Bisa saja pedagang kuat membeli barang dalam jumlah besar dengan diskon yang tinggi, lalu menjual kepada konsumen dengan harga lebih murah," tulis Dahlan dalam "Catatan Dahlan" di dahlaniskan.wordpress.com. (IAA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar